REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan pada Jumat (28/3) bahwa Rusia maupun China tidak menggunakan vaksin Covid-19 sebagai alat untuk "mempengaruhi".
Mengomentari tuduhan Presiden Prancis Emmanuel Macron, Peskov mengatakan pernyataan Macron termasuk dalam ruang lingkup perbedaan kami yang mutlak.
"Kami sama sekali tidak setuju bahwa baik Rusia atau China sedang melancarkan semacam perang [vaksin] dan menggunakan pandemi virus corona dan masalah vaksin sebagai alat pengaruhnya," ujar dia.
Dalam pernyataan terpisah, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menyebut komentar otoritas Uni Eropa tentang vaksin Sputnik V Rusia "dipolitisasi."
Berbicara pada konferensi pers di Moskow, Zakharova mengatakan dia berharap sikap seperti itu tidak akan memengaruhi pengajuan Rusia untuk masuk dalam daftar Badan Obat Eropa (EMA).
"Kami memperhatikan argumen publik dari sejumlah perwakilan Komisi Eropa, termasuk Komisaris Eropa untuk Urusan Pasar Dalam Negeri Thierry Breton, tentang kurangnya kebutuhan untuk pembelian terpusat oleh Uni Eropa atas vaksin Sputnik V Rusia. Ini adalah pendekatan yang dipolitisasi," ungkap dia.
Pada 4 Maret, EMA mulai mengevaluasi apakah vaksin Rusia kompatibel dengan standar Uni Eropa dalam hal keefektifan, keamanan, dan kualitas. EMA mengatakan peninjauannya akan memakan waktu sampai agensi mengumpulkan cukup bukti untuk mengeluarkan otorisasi pemasaran bersyarat.
Jika disetujui, vaksin itu akan diproduksi oleh perusahaan Jerman karena Uni Eropa mengharuskan pembuatan dilakukan di negara anggota.