REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengutuk pertumpahan darah di Myanmar selama aksi protes menentang kudeta militer 1 Februari.
"Ini benar-benar memalukan dan berdasarkan laporan yang saya dapatkan, sangat banyak telah terbunuh," kata Biden kepada wartawan, Ahad (28/3).
Kelompok masyarakat sipil pengawas tahanan politik di Myanmar menyampaikan warga yang tewas dalam demonstrasi menentang kudeta militer sudah mencapai 459 seorang sejak 1 Februari lalu. Situasi di Myanmar terus bergejolak setelah militer merebut kekuasaan pada 1 Februari dengan menggulingkan pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi.
Menanggapi kudeta tersebut, kelompok sipil di seluruh negeri meluncurkan kampanye pembangkangan dengan demonstrasi massa dan aksi duduk.
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan perayaan rezim angkatan bersenjata Myanmar dirusak oleh "hari yang mengerikan dan memalukan."
Turki juga mengecam keras tindakan keras itu dan menyatakan keprihatinan bahwa Rezim Militer di Myanmar semakin meningkatkan penggunaan kekuatan mematikan terhadap warga sipil dan mengabaikan seruan komunitas internasional.