Rabu 31 Mar 2021 11:21 WIB

Menjadi Muslim di Indonesia Timur: Pergumulan Belum Selesai

Dakwah Islam di Indonesia timur dibawa oleh kaum tarekat sufi

Red: Nashih Nashrullah
Dakwah Islam di Indonesia timur dibawa oleh kaum tarekat sufi. Umat Islam melaksanakan shalat berjamaah di Masjid Baiturrahim, Gorontalo (ilustrasi).
Foto:

Robinson menelisik pola persekutuan orotitas agama dengan kalangan bangsawan dan terpelajar yang ternyata berhasil mengonversi kekurangan modal kultural dan pengetahuan para imam sehingga Islamisasi bisa berjalan.

Menariknya, koalisi itu berhasil menemukan potensi dakwah baru dari kalangan perempuan aktivis majlis taklim. Kecenderungan afiliasi imam dengan kalangan istana juga ditemukan Adlin Sila pada kasus Bima di NTB di mana lebe dapat menjadi jaringan politik bagi kalangan istana.

Eksplorasi Halim pada masyarakat Muslim Bugis Wajo menemukan mobilisasi generasi baru pendakwah Muslim dari para penghafal Alquran. Mereka mengisi ruang-ruang otoritas agama bukan saja di Sulawesi Selatan, tetapi juga di beberapa wilayah Indonesia. 

Misalnya, Nisa menarasikan bahwa masjid kampus di Makassar adalah lokus pertarungan ideologi-ideologi Islam di kalangan mahasiswa, seperti tumbuhnya otoritas baru dari kalangan mahasiswi.

Philip Winn menelaah praktik membangun masjid di kalangan Muslim di Ambon. Aspek simbolis dari tiang alif di atap masjid memberi implikasi semiotis bahwa Islam terbuka bagi budaya lokal. Implikasinya, lebe tidak sebagai tokoh sentral, tapi berbagi dengan modin dan khatib dalam menerapkan otoritas keagamaan.

Hutagalung menilik faktor integrasi Muslim dengan masyarakat lokal di Kupang terletak pada peran tokoh agama dari Bugis sebagai ‘agen asimilasi’ dalam dinamika masyarakat lokal. Menurutnya, identitas sebagai orang Bugis adalah menjadi Islam, tetapi menerima Islam sebagai bagian dari adat.

Kesannya, mereka menjadi ortodoks sekaligus akomodatif. Masjid dan figur imam berperan sebagai katalisator yang memungkinkan nilai sosial-religius bisa terintegrasi ke dalam struktur sosial-budaya.

McWilliam melihat dinamika menjadi Muslim adalah proses yang kompleks. Islamisasi di Kupang diwarnai oleh geliat praktik pelestarian tradisi lokal, reproduksi kompetisi agama (Islam-Kristen), kontestasi internal antara Islam tradisionalis dan Islam reformis-puritan, serta berkembangnya pemahaman dan praktik Islam kontemporer yang bersifat transnasional.

McWilliam menggambarkan situasi Islamisasi di kawasan ini digerakkan oleh mobilisasi ekonomi dan migrasi, konflik dan integrasi sosial, konversi dan penyebaran agama, dan ketegangan tradisi Islam itu sendiri.  

Kekuatan buku ini adalah penerapan metode... 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement