REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Virus Sars-Cov-2 penyebab penyakit Covid-19, ditemukan dapat menyebabkan peradangan tiroid jangka panjang pada beberapa pasien. Hal ini berdasarkan sebuah penelitian baru yang dipresentasikan oleh Endocrine Society.
Pada dasarnya, bukan hal yang aneh jika virus memicu peradangan tiroid yang disebut tiroiditis. Biasanya, gejala ini akan segera hilang. Namun, menurut studi baru tersebut tidak demikian halnya dengan peradangan serupa yang diamati pada beberapa pasien COVID-19.
Dilansir laman Slash Gear, Rabu (31/3), penelitian tersebut mengungkapkan sekitar 15 persen dari pasien COVID-19 yang dirawat di Fondazione IRCCS Ca 'Granda Policlinico Hospital di Italia ditemukan mengalami perubahan hormon tiroid. Perubahan hormon ini terkait dengan peradangan tiroid. Jumlah pasien yang mengalaminya pun jauh lebih tinggi daripada jumlah pada kuartal yang sama pada 2019 lalu.
Studi tersebut menemukan, sepertiga peserta masih menunjukkan bukti peradangan tiroid tiga bulan setelah penyakit mereka, meskipun fungsi tiroid telah kembali normal. Tiroiditis muncul pada pasien yang mengalami infeksi COVID-19 sedang dan berat, dan juga muncul secara berbeda dari peradangan tiroid terkait virus lainnya.
Para peneliti menemukan, peradangan tiroid pada pasien COVID-19 ini termasuk 'disfungsi tiroid ringan', kurangnya nyeri leher, dan frekuensi yang lebih besar pada pria. Studi ini mengikuti pasien untuk menentukan apakah peradangan tiroid COVID-19 dapat menyebabkan masalah tiroid permanen bagi pasien.
“Setelah tiga bulan, fungsi tiroid pasien telah normal, tetapi tanda-tanda peradangan masih ada pada sekitar sepertiga pasien. Kami terus memantau pasien ini untuk melihat apa yang terjadi selama bulan-bulan berikutnya,” kata peneliti utama di balik penelitian tersebut, Ilaria Muller MD.
Muller mengatakan, penting untuk mengetahui apakah virus SARS-CoV-2 memiliki efek negatif pada kelenjar tiroid. Dengan mengetahuinya, para tenaga kesehatan dapat segera mendiagnosis, dan akhirnya mengobati, kondisi tersebut.