Sabtu 03 Apr 2021 09:41 WIB

Korut Laporkan Eksodus Massal Warga Asing Sejak Pandemi

Saat ini hanya ada 290 ekspatriat di Korut, termasuk 9 dubes dan 4 perwakilan usaha.

Rep: Puti Almas/ Red: Nidia Zuraya
Ibu kota Korea Utara, Pyongyang dilihat dari atas
Foto: all-that-is-interesting.com
Ibu kota Korea Utara, Pyongyang dilihat dari atas

REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG — Diplomat asing dan pekerja bantuan dilaporkan telah meninggalkan Korea Utara (Korut) secara massal dalam beberapa bulan terakhir karena pembatasan yang diberlakukan terkait pandemi virus corona jenis baru (Covid-19). 

Menurut laporan dari Kedutaan Besar Rusia untuk Korut di Ibu Kota Pyongyang, banyak diantara warga negaranya yang mengalami kekurangsn barang-barang keperluan dengan pembatasan yang diberlakukan dalam beberapa bulan terakhir. Pihaknya melaporkan saat ini hanya ada 290 ekspatriat di Korut, termasuk sembilan duta besar dan empat perwakilan usaha. 

Baca Juga

“Tidak semua orang dapat menahan kerasnya pembatasan total yang belum pernah terjadi sebelumnya, kekurangan akut barang-barang yang diperlukan, termasuk obat-obatan dan kurangnya akses terkait masalah kesehatan," ujar Kedutaan Rusia dalam sebuah pernyataan, dilansir 9 News, Sabtu (3/4). 

Kedutaan Rusia mengatakan semua personel asing yang bekerja untuk LSM dan organisasi kemanusiaan telah meninggalkan Korut. Sebelum pandemi Covid-19, Moscow memiliki salah satu misi diplomatik terbesar di Pyongyang. 

Namun, kehadiran diplomatik Rusia berkurang sejak pandemi COVID-19. Selama berbulan-bulan, mereka harus hidup dengan langkah-langkah kesehatan masyarakat yang ketat di Korut dan mengatasi kekurangan ekstrem dari barang-barang yang diperlukan, termasuk obat-obatan, yang telah membawa dampak merugikan.

Duta Besar Rusia untuk Korut Alexander Matsegora mengatakan baru-baru ini, toko bahan makanan mulai kehabisan stok produk menyusul keputusan Pyongyang untuk hampir sepenuhnya menghentikan impor pada September 2020. Pernyataan ini mengejutkan, mengingat kedua negara selama ini memiliki hubungan dekat, termasuk dengan Cina. 

Perbatasan Korut telah secara efektif ditutup selama berbulan-bulan sebagai upaya mencegah wabah COVID-19 memasuki negara itu. Maskapai penerbangan negara Koryo yang semua mengoperasikan penerbangan dari Vladivostok di Rusia timur, tetapi rute tersebut juga telah ditangguhkan selama berbulan-bulan. 

Banyak warga asing yang dilaporkan sulit meninggalkan Korut karena pembatasan yang diberlakukan. Pada Februari, beberapa diplomat Rusia menghabiskan lebih dari 34 jam mencoba keluar dari negara terisolasi itu, perjalanan yang melelahkan yang berakhir dengan setidaknya satu keluarga utusan mendorong koper dan anak-anak berada  di troli kereta. 

Banyak ahli kesehatan yang meyakini bahwa pemimpin Korut Kim Jong-un memutuskan pembatasan ketat negaranya dengan dunia luar karena menyadari sistem perawatan kesehatan di sana akan kewalahan dengan wabah Covid-19. Strategi ini dinilai cukup berhasil dari sudut pandang masyarakat. 

Korut hingga saat ini belum melaporkan satu pun kasus Covid-19 di negara itu. Meski demikian, para ahli tetap meragukan klaim Pyongyang terkait hal ini. 

Sementara Kim Jong-un dan para pemimpin Korut lainnya telah mengakui ekonomi negara itu menderita akibat pandemi Covid-19, mereka belum mengakui pasokan makanan sedang tertekan dan membutuhkan bantuan.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement