REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNG KIDUL -- Para petani kakao di Kabupaten Gunung Kidul, DI Yogyakarta, ingin mengembangkan hasil dari produksi tanaman kakao. Karena itu, para petani membutuhkan bantuan dari pemerintah untuk mendukung keinginan itu.
Salah satu petani kakao, Edi Suparjono dari Kelompok Tani Sidodadi mengatakan, pihaknya kesulitan dengan minimnya peralatan pembuat makanan dari kakao. Karena, peralatan yang dimiliki oleh para petani di sini masih belum memadai.
"Peralatan kami masih kecil jadi kami tidak bisa memenuhi permintaan," kata Edi Suparjono saat berdiskusi dengan anggota Komisi IV DPR dan pihak Taman Teknologi Pertanian di Kabupaten Gunung Kidul, Sabtu (10/7).
Alat yang dibutuhkan oleh petani, lanjut Edi, adalah alat press pengolah kakao. Jika para petani telah memilliki alat yang lebih memadai, maka dia yakin kelompok tani bisa merekrut lebih banyak tenaga kerja.
"Mudah-mudahan kita sebagai kelompok tani tidak hanya menjual biji tetapi juga barang jadi supaya bisa menyerap tenaga kerja," kata Edi.
Petani lainnya, Aryanto mengatakan, pihaknya sangat berharap tanaman kakao yang ada di Kabupaten Gunung Kidul bisa direhabilitasi. Karena, usia tanaman yang ada saat ini sudah tua yaitu di atas 25 tahun.
"Rehabilitasi ini kami kira sangat efektif untuk meningkatkan pengembangan hasil dari tanaman kakao," kata Aryanto.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Ketua Komisi IV DPR Budi Djiwandono mengatakan, aspirasi dari petani akan ditampung. Pihaknya akan mendorong Ditjen Perkebunaun untuk menyiapkan anggaran rehabilitasi tanaman kakao.
Sementara, Direktur Taman Teknologi Pertanian Ngelanggeran Dedi Junaedi mengatakan, sebenarnya soal permintaan alat press biji kakao petani sudah pernah mendapatkan bantuan. Dan, itu telah berdampak baik pada petani dengan.
"Sejumlah petani sudah memiliki toko," kata Dedi.
Dedi memahami jika petani ingin menambah upaya pengembangan hasil biji kakao. Namun, dia mengatakan soal peningkatan kapasitas itu juga perlu dipikirkan soal daya listriknya untuk menambah kapasitas itu.
"Tapi selama ini, pengolahan biji kakao dari pascapanen sampai UPH coklat sudah lengkap," kata Dedi.
Sedangkan untuk rehabilitasi ini, Dedi mengatakan akan ada dari tim Direktorat Tanaman Penyegar dikirim dan berkoordinasi dengan Dinas Perkebunan Di Yogyakarta. Nantinya, tim akan melakukan inventarisir.