Selasa 13 Apr 2021 21:25 WIB

Korea Selatan Masih Pertimbangkan Alat Tes Covid-19 Mandiri

Alat tes Covid-19 disebut memiliki akurasi yang relatif kecil.

Otoritas kesehatan Korea Selatan pada Selasa (13/4) mengatakan, akan mempertimbangkan penggunaan alat tes COVID-19 mandiri.
Foto: EPA-EFE/JEON HEON-KYUN
Otoritas kesehatan Korea Selatan pada Selasa (13/4) mengatakan, akan mempertimbangkan penggunaan alat tes COVID-19 mandiri.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Otoritas kesehatan Korea Selatan pada Selasa (13/4) mengatakan, akan mempertimbangkan penggunaan alat tes COVID-19 mandiri. Pasalnya, alat tes COVID-19 mandiri memiliki akurasinya relatif kecil.

Pemerintah enggan mengizinkan alat tes COVID mandiri, mengingat tingkat akurasi yang lebih rendah dibanding alat tes PCR buatan pabrik dan tes cepat khusus yang sudah tersedia. Kemungkinan hasil negatif palsu lebih tinggi karena beban virus yang tinggi di saluran hidung terkadang penting untuk memastikan hasil yang akurat.

Baca Juga

Akan tetapi, sejumlah pemimpin pemerintah daerah dan ahli menyoroti perlunya penggunaan alat tes COVID mandiri. Hal ini dilakukan sebagai instrumen tambahan dalam beberapa pekan terakhir di tengah kekhawatiran gelombang keempat wabah COVID-19.

Oh Se-hoon, yang baru terpilih sebagai wali kota Seoul, meminta Kementerian Keamanan Obat dan Pangan agar menyetujui alat-alat tersebut untuk digunakan di rumah, restoran, pertokoan dan fasilitas keagamaan sebagai perangkat mudah dan cepat untuk mendeteksi kemungkinan adanya infeksi. Oh menyalahkan pemerintah karena gagal mencegah gelombang ketiga COVID-19 dan mengurangi kesulitan yang dihadapi para pemilik usaha kecil dengan terus berpegang pada pembatasan jarak yang tak efektif.

"Menjadi beban untuk mempertahankan sistem anti-virus apa adanya. Kami perlu mencoba ide-ide baru dan mengubah cara berpikir kami," kata Oh dalam rapat kabinet, yang pertama sejak dilantik, dilansir dari reuters, Selasa (13/4).

"Saya mendesak Kementerian Keamanan Obat dan Pangan agar menyetujui penggunaan alat tes (COVID) mandiri dalam waktu dekat," tambahnya.

Menteri Keamanan Obat Kim Gang-lip berpendapat bahwa alat itu mungkin membantu jika digunakan secara terbatas. Namun aturan saat ini memungkinkan produk dengan ketepatan 90 persen dibandingkanbdengan ketepatan 98 persen yang dibuktikan oleh tes PCR.

"Saya berharap dapat memanfaatkan dengan baik alat yang mempunyai aspek positif sebagai instrumen tambahan, jika anda cukup terpikir efek sampingnya," jawab Kim di rapat kabinet, menjanjikan proses evaluasi yang cepat.

Diskusi itu muncul saat Korea Selatan berjuang melawan lonjakan infeksi klaster, mayoritas di Seoul, sehingga memicu otoritas untuk menerapkan lagi penutupan kelab malam, bar karaoke dan tempat hiburan malam lainnya. Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea melaporkan 542 kasus baru COVID-19 pada Senin (12/4), menandai penurunan tipis lantaran hanya sedikit tes yang dilakukan selama akhir pekan.

Jumlah kasus harian melonjak di atas 600 kasus selama enam hari beruntun. Total infeksi COVID di Korea Selatan berjumlah 110.688 sejak awal pandemi, dengan 1.775 kematian.

sumber : Reuters/Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement