REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden telah mengatakan kepada Kongres bahwa mereka melanjutkan penjualan senjata senilai lebih dari 23 miliar dolar AS ke Uni Emirat Arab (UEA). Drone bersenjata dan pesawat tempur F-35 canggih masuk dalam daftar barang yang bakal dijual.
Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri (Deplu) AS mengatakan pemerintah akan bergerak maju dengan penjualan yang diusulkan ke UEA. "Bahkan saat kami terus meninjau detail dan berkonsultasi dengan pejabat UEA terkait dengan penggunaan senjata," ucapnya pada Selasa (13/4), dikutip laman Aljazirah.
Paket penjualan senilai 23,37 miliar dolar AS berisi produk-produk dari General Atomics, Lockheed Martin, dan Raytheon Technologies. Di dalamnya termasuk 50 pesawat F-35 Lighting II, 18 Sistem Udara Tak Berawak MQ-9B, dan paket amunisi udara-ke-udara dan udara-ke-darat.
Menurut juru bicara Deplu AS perkiraan tanggal pengiriman, jika ditetapkan, adalah setelah 2025 atau tahun-tahun selanjutnya. "Kami juga akan terus memperkuat kerja sama dengan UEA dan semua penerima barang serta layanan pertahanan AS bahwa peralatan pertahanan asal AS harus diamankan secara memadai dan digunakan dengan cara yang menghormati hak asasi manusia serta sepenuhnya sesuai dengan hukum konflik bersenjata," katanya.
Sejumlah legislator AS diketahui menentang penjualan senjata atau peralatan militer ke UEA. Hal itu karena keterlibatan UEA dalam konflik Yaman. Upaya legislatif untuk menghentikan penjualan gagal pada Desember tahun lalu. Sebab semua anggota Partai Republik di Kongres mendukung rencana pemerintahan mantan presiden Donald Trump.
Pemerintahan Trump kemudian menyelesaikan penjualan besar-besaran ke UEA pada 20 Januari, sekitar satu jam sebelum Biden dilantik sebagai presiden. Biden mengumumkan peninjauan tersebut pada akhir Januari. UEA mengaku telah mengantisipasi langkah pemerintahan Biden.
UEA menyambut upaya bersama untuk mengurangi ketegangan dan dialog regional yang diperbarui.