Kamis 29 Apr 2021 09:59 WIB

Intelijen Jerman Pantau Gerakan Anti-Lockdown

Gerakan ini dinilai dalam mengancam demokrasi dan memiliki kaitan dengan sayap kanan.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Petugas polisi federal Jerman memeriksa penumpang yang datang dari Palma de Mallorca untuk tes Covid-19 negatif saat mereka tiba di bandara di Frankfurt, Jerman, Selasa, Selasa (30/3).
Foto: AP / Michael Probst
Petugas polisi federal Jerman memeriksa penumpang yang datang dari Palma de Mallorca untuk tes Covid-19 negatif saat mereka tiba di bandara di Frankfurt, Jerman, Selasa, Selasa (30/3).

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Badan intelijen domestik Jerman memantau pengunjuk rasa anti-lockdown karena dikhawatirkan dapat menimbulkan ancaman bagi demokrasi. Selain itu, mereka diduga memiliki keterkaitan dengan kelompok sayap kanan.

Juru bicara Kantor Federal Jerman untuk Perlindungan Konstitusi (BfV) mengatakan, pengawasan tersebut menargetkan beberapa anggota gerakan Querdenker atau Lateral Thinkers. Kelompok itu telah mengorganisir aksi protes yang semakin keras terhadap penguncian virus corona, termasuk ahli teori konspirasi menyangkal Covid-19.

Baca Juga

Gerakan ini dimulai dengan demonstrasi kecil di kota selatan Stuttgart tahun lalu, dan aksi mereka telah berkembang lebih luas. Aksi protes tersebut diikuti oleh masyarakat Jerman dari semua lapisan yang frustrasi dengan penguncian sejak November.

Pihak berwenang khawatir gerakan tersebut dapat mengancam kesehatan masyarakat. Gerakan itu juga dapat mengeksploitasi rasa frustrasi masyarakat akibat lockdown atau penguncian, sehingga pada akhirnya memicu kemarahan terhadap politisi dan lembaga negara.  "Protes yang sah terhadap politik virus korona berulang kali dan semakin dieksploitasi untuk memprovokasi eskalasi," kata juru bicara BfV Angela Pley, dilansir Aljazirah, Kamis (29/4).

“Penyelenggara demonstrasi yang sebagian besar dipimpin oleh gerakan Querdenker memiliki agenda yang lebih dari sekadar memprotes tindakan negara terhadap virus korona," kata Pley menambahkan.

Pley mengatakan, anggota gerakan sayap kanan "Reichsburger" yang menyangkal keberadaan negara Jerman modern telah berpartisipasi dalam protes tersebut.

Badan intelijen khawatir anggota sayap kanan dapat berusaha meningkatkan kemarahan terhadap lembaga negara seperti polisi. Apalagi setelah parlemen memberikan kekuasaan sementara kepada pemerintah Kanselir Angela Merkel, untuk memberlakukan penguncian di daerah dengan tingkat infeksi yang tinggi.

Kementerian Dalam Negeri mengatakan, ekstremisme mendorong para pendukungnya untuk mengabaikan perintah resmi dan menantang monopoli negara dalam penggunaan kekerasan. Menteri Dalam Negeri Horst Seehofer mengatakan, pemantauan itu ditujukan untuk mencegah masalah dan mencegah kejahatan.

Demonstrasi Querdenker selama setahun terakhir telah menarik ribuan pendukung. Diantaranya pendukung anti-vaxxers dan ahli teori konspirasi terlihat berbaris berdampingan dengan neo-Nazi dan anggota partai sayap kanan Alternative for Germany (AfD). Mereka melakukan demonstrasi tanpa mematuhi protokol kesehatan, bahkan terkadang berakhir menjadi bentrokan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement