Senin 03 May 2021 13:03 WIB

Korut: Diplomasi AS Palsu

Diplomasi hanya untuk menutupi tindak permusuhan AS ke Korut.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un (tengah).
Foto: KCNA
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un (tengah).

REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Korea Utara (Korut) mengecap diplomasi Amerika Serikat (AS) palsu, pada Ahad (2/5) waktu setempat. Negara pimpinan Kim Jong-un itu menolak gagasan dialog dengan Washington, sehari setelah pemerintahan Joe Biden mengatakan terbuka untuk perundingan diplomatik soal denuklirisasi.

"Diplomasi adalah "papan tanda palsu" bagi Amerika Serikat untuk menutupi tindakan permusuhannya," kata Kementerian Luar Negeri Korut dalam sebuah pernyataan yang dirilis oleh kantor berita KCNA, dikutip laman Aljazirah, Senin (3/5).

Baca Juga

Korut mengingatkan Presiden Joe Biden, bahwa presiden AS baru ini telah membuat kesalahan besar dengan sikap ketinggalan zaman terhadap negara. Dalam pernyataan terpisah yang juga dijalankan oleh KCNA, Kementerian Luar Negeri Korut menuduh Biden menghina Kim Jong-un.

"Kami telah cukup memperingatkan AS untuk memahami bahwa itu akan terluka jika itu memprovokasi kami," kata Kementerian Luar Negeri Korut.

Dalam pidato pertamanya sebagai presiden di Kongres pada Rabu pekan lalu, Biden mengatakan, bahwa dia akan menggunakan diplomasi serta pencegahan keras untuk menahan ambisi nuklir Korut.

Pada Jumat (30/4), Gedung Putih juga mengatakan, bahwa tujuan utama tetap denuklirisasi lengkap Semenanjung Korea. Gedung Putih kemudian menambahkan, bahwa presiden AS yang baru tidak mencari kesepakatan besar dengan pemimpin Korut.

"Kebijakan AS akan melihat pendekatan praktis dan terkalibrasi yang terbuka untuk dan akan mengeksplorasi diplomasi dengan Korea Utara," kata sekretaris pers Biden Jen Psaki kepada wartawan.

Psaki memberikan sedikit indikasi tentang inisiatif diplomatik seperti apa yang dapat ditimbulkannya. Namun dia tetap mengatakan, bahwa Biden telah belajar dari pengalaman pemerintahan sebelumnya yang telah berjuang selama beberapa dekade untuk menangani kediktatoran di Korut.

Psaki mengatakan, Washington tidak akan fokus untuk mencapai kesepakatan besar. Ini mengacu pada kesepakatan dramatis yang berlebihan yang disarankan oleh mantan presiden Donald Trump ketika dia bertemu dengan pemimpin Korut.

"Gedung Putih juga tidak akan mengikuti pendekatan yang lebih kaku yang disebut "kesabaran strategis", yang didukung oleh Barack Obama," kata Psaki.

Pada April 2021, Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mendesak Biden untuk terlibat langsung dengan Kim dalam denuklirisasi. Moon mengatakan bahwa dia menyukai "diplomasi dari atas ke bawah".

Timbul kekhawatiran yang tengah berlangsung bahwa Korut mungkin kembali menguji perangkat nuklir. Korut meluncurkan dua rudal balistik yang dicurigai ke laut dekat Jepang pada Maret.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement