Senin 24 May 2021 16:14 WIB

Memotong Jalan Tikus Dana Palestina

Soal dana untuk Palestina

Red: Muhammad Subarkah
Peserta aksi menunaikan shalat ghoib untuk syuhada Palestina saat unjuk rasa di Titik Nol Yogyakarta, Jumat (21/5). Aksi dari Forum Umat Islam ini untuk mengecam keras agresi Zionis Israel ke Masjidil Aqsa Palestina. Dalam aksi ini selain orasi juga penggalangan dana, shalat ghaib untuk syuhada, dan qunut nazilah saat Shalat Ashar berjamaah.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Peserta aksi menunaikan shalat ghoib untuk syuhada Palestina saat unjuk rasa di Titik Nol Yogyakarta, Jumat (21/5). Aksi dari Forum Umat Islam ini untuk mengecam keras agresi Zionis Israel ke Masjidil Aqsa Palestina. Dalam aksi ini selain orasi juga penggalangan dana, shalat ghaib untuk syuhada, dan qunut nazilah saat Shalat Ashar berjamaah.

REPUBLIKA.CO.ID, -- Oleh Indah P Nataprawira, Tenaga Ahli Bidang Komunikasi Keuangan Syariah Menteri Keuangan RI

Dari konflik Palestina vs Israel kita melihat bahwa empati meredam perbedaan-perbedaan politik, intelektualitas dan gaya hidup dalam rasa yang sama. Kita, dan segenap manusia yang berperadaban, muak menonton kolonialisme dipraktikkan begitu vulgarnya oleh Israel terhadap rakyat Palestina. Perikemanusiaan diluluhlantakan begitu sistematisnya.

Empati semacam itu sebenarnya memiliki jejak yang panjang dalam sejarah kita. Palestina adalah bangsa pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia. Tidak heran kalau Bung Karno menunjukkan dukungan yang sangat emosional terhadap Palestina. Si Bung Besar itu pernah mengusir Israel dari ajang Asian Games di Jakarta tahun 1962, walaupun dengan risiko Indonesia dicoret dari keikutsertaan di pesta olahraga tersebut pada perhelatan berikutnya di Tokyo.

Sikap Bung Karno dalam masalah Palestina itu sangat jelas dan tegas, bahwa Israel adalah penjajah yang harus hengkang dari bumi Palestina. Sikap itu pula yang diikuti dan dilanjutkan oleh pemerintah dan rakyat Indonesia hingga sekarang. Kita mewarisi gelora Para pendiri bangsa dalam perjuangan melunasi dukungan bangsa palestina. Rasa empati yang begitu kuat mengalahkan perbedaan data, sudut pandang dan rumitnya teori konspirasi serta perebutan eksistensi.