Senin 24 May 2021 19:02 WIB

Mikro Lockdown Akibat Klaster Warga di Bogor dan Jakarta

Kasus positif dari klaster warga di Bogor dan Jakarta terus bertambah.

Tanda informasi sudah melaksanakan tes swab di pasang di salah satu rumah warga RT03/RW03, Kelurahan Cilangkap, Jakarta, Jumat (21/5). Sebanyak 25 paket bahan pokok dari bantuan Dinas Sosial DKI Jakarta dan swadaya warga setempat diberikan kepada 25 Kepala Keluarga sebagai bentuk kepedulian terhadap warga yang melakukan isolasi mandiri akibat terinfeksi Covid-19.Republika/Thoudy Badai
Foto: Republika/Thoudy Badai
Tanda informasi sudah melaksanakan tes swab di pasang di salah satu rumah warga RT03/RW03, Kelurahan Cilangkap, Jakarta, Jumat (21/5). Sebanyak 25 paket bahan pokok dari bantuan Dinas Sosial DKI Jakarta dan swadaya warga setempat diberikan kepada 25 Kepala Keluarga sebagai bentuk kepedulian terhadap warga yang melakukan isolasi mandiri akibat terinfeksi Covid-19.Republika/Thoudy Badai

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Shabrina Zakaria, Flori Sidebang, Antara

Kasus klaster Covid-19 di kawasan perumahan di Bogor dan Jakarta terus meningkat. Dari klaster Perumahan Griya Melati di Bubulak, Bogor, Jawa Barat, tercatat peningkatan hingga 58 kasus positif Covid-19. Sedang di RT 03 Cilangkap, Jakarta Timur, sudah lebih dari 100 warga yang positif.

Dari Bogor dilaporkan, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor tengah menunggu hasil whole genome sequencing warga Perumahan Griya Melati Bubulak. Genome sequencing tersebut dilakukan oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor bersama dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan, sampel dari kasus Covid-19 di Perumahan Griya Melati diperkirakan sudah diambil oleh Dinkes Kota Bogor. Untuk mengetahui apakah ada varian baru dari penyebaran Covid-19 di wilayah tersebut, butuh waktu antara tiga hingga empat pekan.

“Mungkin sampel sudah diambil oleh Tim Dinkes untuk diperiksa. Waktu yang diperlukan tiga sampai empat minggu ya,” kata Nadia ketika dihubungi Republika, Senin (24/5).

Meski belum mengetahui secara pasti berapa banyak sampel yang diambil dari Kota Bogor, Nadia menjelaskan, ada kriteria yang dibutuhkan ketika pengambilan sampel untuk dilakukan kajian mendalam pada whole genome sequencing. Sebab, pemeriksaan yang dilakukan saat ini juga bukan pemeriksaan rutin, melainkan berupa surveilans.

Selain itu, sambungnya, pemeriksaan terhadap sampel bisa dilakukan di Laborarium Kesehatan Daerah (Labkesda) di Jawa Barat, maupun di Jakarta. “Jadi ada kriterianya ya, karena ini bukan pemeriksaan rutin, jadi ini surveillance. Jadi misalnya, kalau tiba-tiba ada kasus yang cepat dalam waktu singkat, maka akan diambil beberapa sampel untuk diperiksa whole genome sequencing (WGS)-nya,” jelas Nadia.

Terpisah, Kepala Dinkes Kota Bogor, Sri Nowo Retno memerinci, dari kasus di Perumahan Griya Melati pihaknya mengambil 30 sampel. Pengambilan sampel tersebut memiliki beberapa kriteria. Mulai dari hasil PCR test, hingga cycle threshold (CT) value.

“Jadi 30 sampelnya. Yang dilakukan genome sequencing adalah yang hasil PCR test-nya positif, dan CtT value kurang dari 30,” tutur Retno di Balai Kota Bogor.

Di lokasi yang sama, Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto mengatakan, Pemkot Bogor masih menunggu hasil genome sequencing dari Dinkes Kota Bogor dan Kemenkes. “Kita masih menunggu hasil genome sequencing di Litbangkes Jakarta. Hasilnya kata Pak Menteri sekitar dua minggu,” katanya.

Permintaan dilakukan pemeriksaan genome tersebut adalah untuk mengetahui apakah ada indikasi varian baru Covid-19. Bima beralasan, penyebaran terjadi sangat cepat dalam kasus klaster Griya Melati.

Sejak kemarin, diketahui terdapat tambahan 12 kasus positif di Griya Melati. Total kasus mencapai 58 warga.

Dari 58 orang yang terpapar Covid-19, sebanyak 57 orang dievakuasi ke Pusat Isolasi Covid-19 di Pusdiklat BPKP di Ciawi Kabupaten Bogor, sedangkan satu orang lainnya dievakuasi ke Rumah Sakit Karya Bhakti Pratiwi Dramaga karena memiliki komorbid dengan gejala klinis sedang. Seluruh warga yang terpapar Covid-19 dievakuasi dari rumahnya masing-masing menggunakan dua bus Dinas Perhubungan dan dua ambulans, yang dikawal oleh petugas dari Dinas Kesehatan dan anggota Polisi, mulai hari Sabtu (22/5) hingga Ahad (23/5) malam.

Menurut Bima Arya, pada Senin ini tercatat 58 orang warga yang terpapar Covid-19. Sedangkan pada sehari sebelumnya 46 warga yang terpapar Covid-19. "Jadi ada tambahan 12 orang," katanya.

Tambahan 12 orang tersebut setelah 75 warga dari hasil penelusuran kontak erat maupun warga yang sebelumnya telah menjalani tes usap (swab) antigen, kemudian menjalani lagi tes usap PCR. Hasilnya, ada tambahan 12 orang terkonfirmasi positif Covid-19.

Menurut Bima, meskipun dari tes usap antigen hasilnya negatif harus dipastikan lagi melalui tes usap PCR. "Dari tes PCR meskipun hasilnya negatif, tapi jika memiliki gejala klinis, harus diproses untuk mengantisipasi adanya serangan virus corona varian baru," katanya.

Bima juga menginstruksikan kepada Satgas Penanganan Covid-19 Kota Bogor untuk menerapkan karantina terhadap warga Perumahan Griya Melati yang negatif dengan pembatasan aktivitas, di rumah saja.

photo
Petugas keamanan berjaga di depan gerbang masuk Perumahan Griya Melati, Kelurahan Bubulak, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis (20/5/2021). Sebanyak 35 warga di perumahan tersebut positif terpapar COVID-19 setelah salah satu warganya terkonfirmasi positif COVID-19 sepulang dari luar kota saat sebelum Lebaran sehingga warga melakukan isolasi mandiri dan akses masuk perumahan ditutup sementara. - ( ANTARA/Arif Firmansyah)

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement