REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Keberadaan mobil listrik diharapkan menjadi salah satu upaya mencapai net-zero carbon emissions. Beberapa negara diharapkan bisa mencapai penghapusan emisi karbon itu pada 2050.
Dilansir dari Green Car Reports pada Senin (31/5), pencapaian target itu tentu membutuhkan sejumlah upaya. Oleh karena itu, International Energy Agency (IEA) menilai perlu dilakukan dua skenario demi mencapai tujuan tersebut.
Kedua skenario ini sendiri bertujuan untuk mendorong pertumbuah electric vehicle (EV). Karena, agar target pada 2050 itu mampu tercapai, maka market share EV pada 2030 harus berada pada level 60 persen.
IEA menilai, terdapat dua skenario yang dapat dilakukan yakni Stated Policies Scenario dan Sustainable Development Scenario. Stated Policies Scenario sendiri merupakan skenario yang dilakukan dengan optimalisasi kebijakan yang telah ada saat ini.
Sedangkan Sustainable Development Scenario adalah skenario yang lebih fokus dalam memangkas emisi dengan mengacu pada Paris Climate Agreement.
Untuk skenario pertama, salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah dengan menambah EV untuk transportasi umum. Hal ini memiliki peran yang signifikan karena transportasi umum merupakan kendaraan dengan durasi operasional harian yang cukup lama.
Sedangkan skenario kedua dapat dilakukan dengan terus memperluas jaringan charging station dan meningkatkan kapasitas baterai pada EV. Dengan cara ini, maka masyarakat akan semakin tertarik untuk beralih pada EV karena kendaraan tersebut dinilai cukup praktis.
Dengan penerapan seluruh skenario itu, maka diyakini target market share 60 persen pada 2030 dan target net-zero carbon emissions pada 2050 mampu tercapai.