REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Penanggung jawab Rumah Sakit Lapangan Indrapura (RSLI) Surabaya, I Dewa Gede Nalendra Djaya Iswara menyatakan, pihaknya terus memantau perkembangan Covid-19 di Indonesia yang sudah mulai naik di banyak tempat. Menurutnya, lonjakan kasus di Cilacap, Kudus, Lamongan, Ponorogo, dan Bangkalan selayaknya menjadikan semua pihak lebih waspada dan mawas diri.
"Kemungkian munculnya Covid-19 dengan daya tular tinggi, daya serang cepat, serta mengarah pada tingkat kematian, maka semua pihak harus lebih berhati-hati serta sigap dan tanggap pada kondisi yang ada," kata Nalendra di Surabaya, Jumat (11/6).
Nalendra mengingatkan, pandemi Covid-19 di Indonesia sama sekali belum berakhir. Malah menurutnya ada indikasi menuju second wafe (serangan gelombang kedua). Maka dari itu, lanjut Nalendra, semua stakeholder harus bahu membahu mengatasinya. Edukasi kepada masyarakat juga menurutnya harus tetap dijalankan.
"Malah ada indikasi menuju second wafe. Kami minta peran masyarakat, berbagai kelompok, pemuka agama, tokoh masyarakat, dan potensi yang ada di berbagai kalangan untuk turut serta membantu memberikan informasi dan edukasi bagi masyarakat dalam memahami dan menanggulangi Covid-19," ujar Nalendra.
Nalendra mengingatkan, kasus atau kejadian luar biasa Covid-19 seperti yang terjadi di Bangkalan, tentunya tidak bisa diatasi dengan penanganan medis saja. Faktor non medis juga harus menjadi perhatian. Karena, kata dia, permasalahan sosial kemasyarakatan juga berpengaruh terhadap upaya penangan Covid-19.
Nalendra melanjutkan, hingga saat ini memang belum ditemukan kembali pasien yang terjangkit Covid-19 varian baru. Namun, lanjut Nalendra, merujuk pada kondisi pasien yang CT value-nya rata-rata rendah, jumlah yang terkonfirmasi positif cukup banyak karena daya tular yang tinggi, serta cepatnya kondisi memburuk pada mereka yang terkena Covid-19, bahkan hingga tingkat kematian, maka patut diduga adanya kemungkinan varian baru Covid-19 ada di masyarakat.
Sebelumnya di tempat terpisah, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil pun kasus Covid wilayahnya kini dalam status siaga Covid-19 terkait kenaikan kasus virus corona yang disebabkan aktivitas mudik Lebaran 2021. Ini terlihat dari adanya inidikasi kenaikan Bed Occupancy Rate (BOR) atau keterisian ruang perawatan pasien Covid-19 di rumah sakit wilayah Jawa Barat.
"Sedang Siaga 1, pertama terjadi kenaikan dalam BOR, biasanya turun. Minggu ini naik delapan persen dari 30,6 menjadi 38,2 persen. kenaikan ukurna BOR kalau sampai 10 persen itu ada lonjakan," kata Kang Emil.
Kang Emil menuturkan kenaikan kasus Covid-19 merupakan imbas dari libur Lebaran 2021 dan adanya warga yang melaksanakan mudik meskipun ada larangan melakukan mudik. "Karena libur Lebaran dan mudik yang bocor yang sudah kita upayakan. Mudah mudahan jadi pembelajaran. Apa yang kita upayakan untuk menghindari hal ini," katanya.
Menurutnya berdasarkan data yang diterima oleh pihaknya diketahui bahwa sejumlah rumah sakit di Jabar kembali penuh sehingga pihaknya meminta pengelola rumah sakit untuk segera mengalihfungsikan kamar perawatan umum untuk pasien Covid-19.
Ada kabar baik
Namun di tengah kabar itu, ada berita baik. Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman menyatakan belum ada bukti lonjakan kasus di sejumlah daerah di Indonesia berkaitan dengan penularan varian Covid-19 yang masuk kategori perlu diwaspadai atau ‘variant of concern’.
Ketua LBM Eijkman Amin Subandrio mengatakan Indonesia sejauh ini telah menemukan 70 kasus Covid-19 dengan mutasi yang termasuk dalam kategori ‘variant of concern’.
Sebanyak 31 di antaranya merupakan varian Alpha atau B117 yang pertama kali teridentifikasi di Inggris, 5 kasus varian Beta atau B1351 yang pertama teridentifikasi di Afrika Selatan, serta 34 varian Delta yang pertama kali teridentifikasi di India.
“Sejauh ini belum terbukti ada kaitan antara lonjakan kasus dengan temuan variant of concern tersebut,” tutur Amin kepada Anadolu Agency, Kami kemarin (10/6).
Meski demikian, Amin mengatakan whole genome sequencing tengah dilakukan pada sampel pasien Covid-19 di daerah yang mengalami lonjakan untuk mengetahui apakah ada ‘variant of concern’ yang menginfeksi mereka.
Sejumlah daerah seperti Kudus, Jawa Tengah serta Bangkalan, Jawa Timur mengalami lonjakan kasus Covid-19 yang signifikan dalam satu pekan terakhir.
Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mengatakan lonjakan terjadi karena tradisi ziarah, kupatan, serta silaturahmi keluarga dari warga di kedua daerah tersebut selama perayaan Lebaran.
Menurut Satgas, kenaikan kasus Covid-19 mencapai 53,4 persen dalam kurun tiga minggu pasca-Idulfitri.
Indonesia sejauh ini melaporkan 1,88 juta kasus Covid-19, dengan angka kematian melebihi 52 ribu orang.