Senin 14 Jun 2021 00:55 WIB

Golkar, Digagas Sukarno Dipanen Suharto

Akbar Tandjung mengubah Golkar dari alat antipartai jadi alat partai sesudah Orba.

Rep: Wilda Fizriyani / Red: Agus Yulianto
David Reeve (tengah) bersama dengan Prof Adrian Vickers dan Natali Pearson.
Foto:

Suharto dan Ali Murtopo berhasil mengorganisasikan ulang Golkar sehingga berhasil mendapatkan 63 persen suara pada 1971. Suharto ternyata mampu menciptakan mayoritas dengan Golkarnya. Padahal pada masa Pemilu 1955, tidak ada partai yang berhasil mendapatkan suara mayoritas.

Sesudah kemenangan Pemilu 1971, beberapa ide dari Nasution pada 1950 dikembangkan lagi oleh Suharto. Suharto memperkecil jumlah partai sehingga tersisa dua partai di parlemen. Hal ini berarti, Suharto sukses menerapkan penyatuan organisasi masyarakat dalam wadah tunggal.

"Namun ide Golkar, Karno anggap ini sebagai badan, wadah itu bisa jadi perwakilan. Tapi aspek perwakilan tidak pernah diperhatikan Suharto. Tidak ada usaha dalam pemilu, bahwa pemilih bisa memilih golongannya seperti wakil tani, wakil buruh, wakil alim ulama," jelasnya.

Suharto sepertinya hanya menerapkan golongan karya dari aspek singkatannya, Golkar. Sebab, masyarakat pada akhirnya hanya bisa memilih daftar calon yang sudah ditentukan si pembina Golkar, yakni Suharto.

 

Selanjutnya, David juga turut menyinggung bagaimana kondisi Golkar di tahap keempat. Tokoh Akbar Tandjung mampu mengubah Golkar dari alat antipartai menjadi alat partai sesudah orde baru. Dia memang telah melanggar semua konsep dasar sejarah pemikiran organisasi, tapi secara brilian dia mampu menyelamatkan Golkar yang waktu itu terancam dibubarkan, dilarang, dan sebagainya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement