REPUBLIKA.CO.ID, NAYPYITAW -- Junta militer telah menangkap mantan kepala program imunisasi Covid-19 Myanmar Htar Htar Lin. Dia menghadapi tuduhan pengkhianatan tingkat tinggi karena berkolusi dengan penentang otoritas militer.
Surat kabar The Global New Light of Myanmar melaporkan Htar Htar Lin telah ditangkap pada 10 Juni. Dia dituduh bekerja dengan National Unity Government (NUG) dan bergabung dengan Gerakan Pembangkangan Sipil (CDM).
"Menurut pengakuannya, dia tidak hanya bergabung dengan CDM dan membentuk Grup Inti CDM bersama dengan dokter dan staf CDM lainnya tetapi juga berkolusi dengan teroris NUG," kata laporan The Global New Light of Myanmar.
Surat kabar itu menyebut Htar Htar Lin dan 11 dokter lainnya akan menghadapi dakwaan yang mencakup pengkhianatan tingkat tinggi, penghasutan, dan berkolusi dengan organisasi ilegal. Junta telah mencap NUG sebagai kelompok teroris. NUG dibentuk oleh pendukung pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi dan penentang kekuasaan militer lainnya.
Physicians for Human Rights yang berbasis di Amerika Serikat (AS) mengutuk penangkapan Htar Htar Lin dan dokter lainnya. “Penangkapan sewenang-wenang Dr. Htar Htar Lin adalah tanda lain bahwa junta militer tidak akan berhenti melawan petugas kesehatan Myanmar,” kata Jennifer Leigh, seorang ahli epidemiologi yang menjabat sebagai peneliti Myanmar kelompok tersebut.
Myanmar mencatat 373 kasus baru Covid-19 pada Ahad (13/6). Jumlah tersebut adalah yang tertinggi sejak 3 Februari, tepat sebelum pengujian virus corona runtuh setelah kudeta.
Sistem perawatan kesehatan Myanmar dan langkah-langkah pencegahan virus corona telah runtuh sejak tentara merebut kekuasaan pada 1 Februari dan menggulingkan Suu Kyi. Dokter dan pekerja medis lainnya telah berada di garis depan Gerakan Pembangkangan Sipil (CDM).