REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Makalah tahun lalu mengklaim mungkin ada 300 juta planet di galaksi Bima Sakti yang berpotensi layak huni. Namun, penelitian terbaru yang diterbitkan oleh Monthly Notices of the Royal Astronomical Society menghasilkan kesimpulan berbeda.
Dalam studi tersebut, planet yang memiliki kondisi mirip Bumi cenderung lebih jarang dibandingkan yang sudah diperkirakan sebelumnya. Analisis terbaru ini berfokus pada proses fotosintesis. Sejauh ini 4.422 eksoplanet telah ditemukan oleh para astronom. Namun, hanya sebagian kecil yang dianggap berpotensi layak huni.
Fotosintesis adalah cara tanaman menggunakan sinar matahari, air, dan karbon dioksida untuk menciptakan oksigen dan energi. Ini dianggap penting bagi planet ekstrasurya karena akan mengembangkan atmosfer berbasis oksigen.
Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST) yang akan diluncurkan akhir tahun ini, dapat mempelajari atmosfer planet ekstrasurya saat mereka transit di bintangnya. Cahaya yang datang melalui atmosfer akan mengungkapkan kandungan gasnya.
Namun, fotosintesis membutuhkan air. Hanya eksoplanet dengan suhu yang tepat, yaitu tidak terlalu panas atau tidak terlalu dingin dapat menampung air di permukaannya. Sehingga, jumlah planet ekstrasurya yang mirip Bumi di Zona Goldilock atau Zona Laik Huni tidak banyak.
Faktanya, di beberapa eksoplanet berbatu dan berpotensi layak huni, diketahui tidak ada yang memiliki kondisi teoretis untuk menopang biosfer mirip Bumi agar mendapat energi dari fotosintesis.
Penelitian yang mempelajari jumlah radiasi sinar matahari yang diterima setiap planet ekstrasurya mengungkapkan satu planet yang hampir menerima cukup sinar matahari untuk menopang biosfer besar dapat dideteksi oleh teleskop James Webb Space Telescope (JWST) yakni Kepler−442b.
Diketahui planet tersebut merupakan planet berbatu sekitar dua kali massa Bumi. Kepler-442b mengorbit bintang kerdil oranye cukup panas sekitar 1.120 tahun cahaya di konstelasi Lyra. Keberadaannya diumumkan pada tahun 2015 setelah ditemukan oleh Teleskop Luar Angkasa Kepler yang sedang transit di bintang induknya. Akan tetapi, teleskop berhenti bekerja pada 2018.
Planet itu juga disebut KOI-4742.01, planet ekstrasurya yang berjarak sekitar setengah dari jarak Bumi dari Matahari dan dari bintangnya. Dibutuhkan 112 hari mengorbit Kepler-442. Studi ini menyimpulkan bintang-bintang dengan suhu sekitar setengah dari Matahari tidak dapat mempertahankan biosfer seperti Bumi karena mereka tidak menyediakan energi yang cukup dalam rentang panjang gelombang yang benar.
Bukan berarti fotosintesis tidak ada di sana, hanya tidak akan ada cukup kehidupan tanaman di planet untuk mempertahankan biosfer seperti di Bumi.
Dilansir Forbes, Jumat (25/6), hasil ini merupakan pukulan bagi pencarian kehidupan di galaksi karena 70 persen bintang di Bima Sakti adalah bintang katai merah redup. Tidak satu pun yang menunjukkan ada yang memberikan cukup sinar matahari bagi planet mereka untuk fotosintesis.
Lebih buruk lagi, bintang-bintang yang lebih panas dan lebih terang daripada Matahari, secara teori, dapat menggerakkan lebih banyak fotosintesis. Sayangnya bintang-bintang ini tidak ada cukup lama untuk kehidupan yang kompleks.
“Karena katai merah sejauh ini merupakan jenis bintang yang paling umum di galaksi kita, hasil ini menunjukkan kondisi seperti Bumi di planet lain mungkin jauh lebih jarang daripada yang kita harapkan,” kata Penulis Utama Profesor Giovanni Covone di University of Naples.
“Studi ini menempatkan batasan kuat pada ruang parameter untuk kehidupan yang kompleks. Jadi sayangnya “titik manis” untuk menampung biosfer mirip Bumi tidak begitu luas,” tambah dia.