Selagi pengusaha belum memenuhi kewajiban pajaknya, menurut Deddy, segel terhadap gerai bakso Sony tetap terpasang. Kuliner Bakso Sony yang telah berkiprah usaha selama 40 tahun di Kota Bandar Lampung tutup setelah Pemkot Bandar Lampung menyatakan bahwa pengelolanya menunggak pajak dan tidak menerapkan pemasangan tapping box, yakni alat perekam transaksi perdagangan, yang telah diwajibkan sejak 2011.
Tim Pengendalian Pemeriksaan Pengawasan Pajak Daerah (TP4D) Kota Bandar Lampung bersama Satpol PP melakukan penyegelan (penutupan) terhadap usaha Bakso Sony induk dan beberapa gerainya yang tersebar di Kota Bandar Lampung. Saat ini, masih terdapat dua unit gerai Bakso Sony yang masih menjalani kegiatan usahanya.
Kepala Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah (BPPRD) Bandar Lampung Yanwardi menyebutkan, Pemkot Bandar Lampung mengalami kerugian dengan tunggakan pajak Bakso Sony sebesar Rp 250 juta per bulan. Menurut dia, usaha Bakso Sony Grup wajib membayar pajak pertambahan nilai, yang sudah dibebankan kepada konsumennya setiap transaksi sebesar 10 persen.
Kisaran pajak yang harus disetorkan kepada pemkot sebesar Rp 400 juta per bulan, namun selama ini baru dibayarkan Rp 150 juta per bulan. Itu artinya, masih tersisa sekitar Rp 250 juta per bulan yang tertunggak pajaknya.
"Selisihnya jauh," kata Yanwardi.
Menurut Yanwardi, tindakan persuasif dengan memberikan surat sebelum penyegelan oleh tim TP4D Kota Bandar Lampung telah dilakukan. Namun, pengelola tidak merespons surat yang diberikan hingga berujung pada penyegelan gerai pusat bakso Sony berikut cabangnya. Pengusaha Bakso Son Haji Sony tidak dapat dikontak hingga berita ini dirilis.
Usaha Bakso Sony telah menjadi ikon kuliner Kota Bandar Lampung. Baksonya terkenal di kalangan warga Sumbagsel hingga wisatawan dari Jabodetabek. Setiap akhir pekan atau liburan panjang, kedai bakso Sony tersebut selalu ramai dan padat pengunjung.
