Rabu 07 Jul 2021 00:40 WIB

LIPI: Remaja Sangat Dekat dengan Media Digital

Survei yang dilakukannya menunjukkan, 41,1 persen responden mengakses internet setiap

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Andi Nur Aminah
Warga mengakses aplikasi buku cerita digital (ilustrasi)
Foto: ANTARA FOTO/Makna Zaezar
Warga mengakses aplikasi buku cerita digital (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Pusat Penelitian Kependudukan LIPI, Zainal Fatoni menjelaskan perkembangan remaja dan keluarga di era digital. Zainal mengatakan, berdasarkan survei yang dilakukannya selama 2015-2019 di Medan pada 401 remaja usia 15-24 remaja sangat dekat dengan internet dibandingkan dengan media lain.

Survei yang dilakukannya menunjukkan, 41,1 persen responden mengakses internet setiap hari. Media televisi masih menjadi yang paling banyak diakses yaitu oleh 42,1 responden setiap harinya. Sementara media cetak hanya diakses oleh 3,7 persen responden, dan radio diakses oleh 6,2 persen responden.

Baca Juga

Zainal menjelaskan, di satu sisi media digital semakin populer di kalangan remaja, namun orang tua kebanyakan tidak bisa mengikuti. Hal ini menyebabkan terjadi kesulitan komunikasi pada responden dan keluarganya.

"Tidak hanya remaja, orang tua sendiri pun mengalami kesulitan untuk berkomunikasi dengan anak mereka. Terlebih anak mereka sangat dekat dengan digital, tapi orang tua sendiri kurang catch up dengan teknologi digital itu," kata Zainal, dalam Webinar Bedah Buku Klaster Keluarga dan Kesehatan 2021, Selasa (6/7).

Sementara itu, Direktur Keluarga, Perempuan, Anak, Pemuda dan Olahraga Kementerian PPN/Bappenas Woro Srihastuti Sulistyaningrum selama pandemi penggunaan gawai meningkat signifikan. Gawai memang digunakan untuk pembelajaran, namun ternyata perilaku seksual remaja juga semakin luar biasa selama pandemi ini.

Berdasarkan survei yang dilakukan Kementerian PPN/Bappenas, 45 remaja pernah menonton pornografi dan 35 persen di antaranya menyatakan mengalami adiksi pornografi. "Ini bagaimana mengantisipasi ini dari sisi keluarga?" kata Woro.

Berdasarkan catatan Komnas Perempuan, kekerasan berbasis gender selama pandemi meningkat. Selain itu berdasarkan Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan (Simfoni PPA) sepanjang 2020 terdapat 14.821 laporan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak.

Menurut Woro, perlu ada penguatan ketahanan keluarga menghadapi situasi seperti ini. Apalagi, pandemi yang sedang terjadi mengubah tatanan kehidupan masyarakat secara umum sehingga berbagai kebijakan perlu disiapkan untuk menghadapinya.

"Ke depannya, memang kita harus memperhatikan bagaimana kesiagaan keluarga di dalam menghadapi kebencanaan karena kita sekarang ini bencana non-alam ini sangat luar biasa dampaknya terhadap kehidupan keluarga kita," ujar Woro.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement