REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Pasukan keamanan Afghanistan menangkis serangan Taliban di provinsi utara Afghanistan yang berbatasan dengan Tajikistan, pada Ahad (11/7). Serangan Taliban ini adalah yang terbaru dalam serangkaian serangan untuk merebut wilayah Afghanistan, di tengah penarikan pasukan asing.
“Serangan ofensif musuh berhasil digagalkan, dan mereka menderita banyak korban jiwa dan belum pernah terjadi sebelumnya, akibatnya 55 tentara musuh tewas dan 90 lainnya luka-luka,” kata Gubernur Provinsi Takhar, Abdullah Qarluq, dilansir Al-Arabiya, Senin (12/7).
Kementerian Pertahanan mengatakan, puluhan kombatan Taliban tewas dalam serangan udara oleh Angkatan Udara Afghanistan di tempat persembunyian di pinggiran pusat provinsi Takhar, Taluqan. "Kami menyerang dari empat arah tadi malam (Sabtu), tetapi menghadapi perlawanan keras dari pasukan keamanan dan masyarakat (lokal),” ujar juru bicara Komando Polisi Takhar, Khalil Asir kepada Reuters.
Taluqan adalah ibu kota provinsi terbaru yang berada di bawah tekanan Taliban. Awal pekan ini, Taliban memasuki ibu kota provinsi barat Badghis, dan merebut polisi serta fasilitas keamanan. Mereka berusaha mengambil alih kantor gubernur sebelum pasukan khusus memukul mundur mereka.
Taliban telah membuat serangan baru untuk menguasai wilayah Afghanistan dalam beberapa pekan terakhir. Pentagon mengatakan, setelah menguasai sejumlah distrik, Taliban akan menguasai pusat-pusat provinsi.
Pada Ahad (11/7), India mengatakan memulangkan para pejabat dari konsulatnya di Kandahar. Hal ini dilakukan karena situasi di Kandahar tidak kondusif.
“Karena pertempuran sengit di dekat kota Kandahar, personel yang berbasis di India telah dibawa kembali untuk sementara waktu,” kata Kepala juru bicara Kementerian Luar Negeri India, Arindam Bagchi.
Bagchi menambahkan bahwa, konsulat India di Kandahar untuk sementara dijalankan oleh staf lokal. Pejabat Taliban mengatakan pada Jumat bahwa, mereka telah menguasai 85 persen wilayah Afghanistan. Pejabat pemerintah Afghanistan mengatakan, pernyataan Taliban itu sebagai propaganda.