REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Vaksinasi Gotong Royong (VGR) individu berbayar menuai kritik dari sejumlah kalangan. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menilai VGR berbayar tersebut sangatlah tidak etis.
"Vaksin berbayar itu tidak etis, di tengah pandemi yang sedang mengganas. Oleh karena itu, vaksin berbayar harus ditolak," kata Ketua Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi, Ahad (11/7).
Menurut Tulus, kebijakan ini bisa jadi hanya akan makin membuat masyarakat malas untuk melakukan vaksinasi. Tulus melihat, untuk vaksin gratis saja sejauh ini masih banyak masyarakat yang enggan melakukannya, apalagi vaksin berbayar.
Tulus menilai, vakin berbayar ini juga akan membingungkan masyarakat. "Mengapa ada vaksin berbayar, dan ada vaksin gratis. Dari sisi komunikasi publik sangat jelek," kata Tulus.
Vaksin berbayar juga bisa menimbulkan ketidakpercayaan pada masyarakat. Tulus mengkhawatirkan munculnya anggapan bahwa vaksin berbayar memiliki kualitas yang lebih baik, sedangkan yang gratis dianggap berkualitas buruk.
Di banyak negara, masyarakat yang mau divaksinasi Covid-19 justru diberi hadiah oleh pemerintahnya. Langkah tersebut dimaksudkan agar semakin banyak warga negaranya yang mau divaksin. Ini seharusnya bisa menjadi contoh.
Oleh karena itu, YLKI mendesak agar VGR berbayar untuk kategori individu dibatalkan. "Kembalikan pada kebijakan semula, yang membayar adalah pihak perusahaan, bukan individual," ujar Tulus.