REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Setidaknya 347 pengungsi dari Afghanistan telah menyeberang ke negara Tajikistan dalam dua hari terakhir. Mereka melarikan diri dari serangan Taliban, di tengah penarikan pasukan asing dari Afghanistan.
Kantor berita Khovar, mengutip penjaga perbatasan Tajikistan pada Rabu (14/7) mengatakan, para pengungsi melarikan diri dari Taliban untuk menyelamatkan hidup mereka. Badan tersebut menambahkan, dua bayi meninggal selama penyeberangan ke perbatasan.
Tajikistan mengatakan, para pengungsi Afghanistan yang menyeberang terdiri dari 64 anak laki-laki dan 113 perempuan. Mereka menyeberang dari provinsi Badakhshan Afghanistan, dengan membawa ternak mereka.
"Penjaga perbatasan Tajik, dipandu oleh prinsip-prinsip humanistik dan sikap bertetangga yang baik, mengizinkan pengungsi Afghanistan masuk,” kata laporan Khovar.
Pengungsi Afghanistan ditampung di dua lokasi di wilayah pegunungan Murghab. Para pengungsi membawa ternak yang terdiri dari 300 ekor yak, tiga ekor unta, dan 30 ekor kuda.
Penjaga perbatasan mengatakan, situasi di sepanjang perbatasan terkendali.
Sebelumnya pada Rabu, utusan Kremlin untuk Tajikistan, Zamir Kabulov, mengatakan kepada kantor berita Rusia RIA Novosti bahwa, Moskow memantau dengan cermat situasi di perbatasan Afghanistan dengan negara-negara Asia Tengah. Dia menambahkan, Taliban menegaskan kembali bahwa mereka tidak akan melancarkan serangan terhadap negara tetangga Afghanistan.
Kelompok Taliban dalam beberapa pekan terakhir telah merebut sejumlah distrik di Afghanistan. Pada Juni, mereka merebut persimpangan perbatasan utama Shir Khan Bandar dengan Tajikistan, yang berada di ujung utara Afghanistan atau sekitar 50 kilometer dari kota Kunduz. Pada Rabu, mereka mengklaim telah mengambil penyeberangan perbatasan strategis Spin Boldak di perbatasan dengan Pakistan.
Kementerian Dalam Negeri Afghanistan mengatakan, pasukan keamanan Afghanistan berhasil memukul mundur Taliban dan pasukan pemerintah telah mengambilalih kendali. Menteri luar negeri Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO) meminta Afghanistan untuk menghentikan kekerasan dan memulai pembicaraan damai tentang masa depan negara itu. Dalam pernyataan bersama setelah pertemuan di ibukota Tajik, Dushanbe, para menteri luar negeri SCO menyuarakan keprihatinan atas meningkatnya konsentrasi kelompok-kelompok bersenjata di utara Afghanistan.
“Salah satu faktor terpenting untuk menjaga dan memperkuat keamanan dan stabilitas di ruang SCO adalah penyelesaian awal situasi di Afghanistan,” kata para diplomat.
Mereka juga mendorong pemerintah Afghanistan meningkatkan upaya yang bertujuan untuk pemulihan perdamaian, pembangunan ekonomi negara, dan melawan terorisme serta kejahatan narkoba.