Jumat 16 Jul 2021 16:40 WIB

Jaga Stok, Pemerintah Kejar Impor Tiga Jenis Obat Covid-19

Ada tiga jenis obat Covid-19 produksi luar dengan pasokan terbatas.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Indira Rezkisari
Pemerintah pusat mulai membagikan sebanyak 300 ribu paket obat gratis berupa multivitamin, parasetamol, Azithtromycin dan Oseltamivir bagi pasien Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri di wilayah Pulau Jawa dan Bali. Pemerintah juga terus mencari kekurangan obat Covid-19 dari pasokan impor.
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Pemerintah pusat mulai membagikan sebanyak 300 ribu paket obat gratis berupa multivitamin, parasetamol, Azithtromycin dan Oseltamivir bagi pasien Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri di wilayah Pulau Jawa dan Bali. Pemerintah juga terus mencari kekurangan obat Covid-19 dari pasokan impor.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –  Pemerintah terus berupaya memenuhi kebutuhan pasokan obat Covid-19 yang dibutuhkan masyarakat. Salah satunya dengan mengimpor tiga jenis obat yang diperlukan untuk terapi para pasien Covid-19 yakni Remdesivir, Actemra, dan juga Gammaraas.

“Jadi tiga obat impor itu yang sekarang sedang kita terus kejar agar bisa memenuhi kebutuhan di dalam negeri,” ujar Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, saat konferensi pers usai rapat terbatas dengan Presiden, Jumat (16/7).

Baca Juga

Budi menjelaskan, tiga jenis obat tersebut diproduksi di luar negeri dengan pasokan yang cukup terbatas. Pemerintah pun telah berupaya melakukan negosiasi dengan Pemerintah India, Pakistan, dan China untuk mengimpor obat-obatan yang dibutuhkan.

Sebanyak 50 ribu vial obat Remdesivir yang diimpor dari India telah masuk ke Indonesia dan secara bertahap jumlahnya akan terus bertambah sebanyak 50 ribu vial setiap minggunya. “Kami juga sudah membuka akses ke China supaya obat yang mirip dengan Remdisivir kita bisa bawa masuk,” tambah Menkes.

Selain melakukan negosiasi dengan Pemerintah India, Pakistan, dan China, Indonesia juga berusaha mendapatkan obat Actemra dengan mengontak langsung produsennya di Swiss. Menkes mengatakan, obat Actemra ini juga sangat sulit didapatkan saat ini.

“Kami juga bicara dengan CEO-nya dan memang diakui ada global supply yang ketat sehingga dengan stok yang ada sekarang masih jauh dari yang kita butuhkan,” ujar Menkes Budi.

Karena itu, pemerintah juga tengah mencari sejumlah alternatif obat yang mirip dengan produk Actemra. Salah satunya dari Amerika Serikat yang pada saat gelombang pertama dan kedua pandemi memiliki stok obat yang cukup banyak.

Sedangkan untuk obat Gammaraas yang diproduksi di China, pemerintah saat ini telah mendatangkan sekitar 30 ribu vial. Namun, menurutnya, Indonesia masih membutuhkan jumlah stok yang lebih banyak lagi.

“Dan sekarang dengan dibantu oleh Kemenlu kita terus melakukan lobi-lobi dengan Pemerintah China,” ucap dia.

Menkes juga memastikan, untuk obat terapi Covid-19 yang dapat diproduksi di dalam negeri saat ini pasokannya dalam kondisi yang masih terkendali.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement