REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Pengunjuk rasa kembali turun ke jalan untuk memprotes kelangkaan air di barat daya Iran. Rekaman video unjuk rasa tersebut tersebar di media sosial. Satu orang pengunjuk rasa dilaporkan tewas ditembak petugas keamanan.
Pada Sabtu (17/7) Al Arabiya melaporkan petugas keamanan menembak mati warga Arab-Iran bernama Mostafa Naeemawi di Kota Shadegan, Provinsi Khuzestan pada Jumat (16/7) malam. Unjuk rasa mulai pada Kamis (15/7) malam di beberapa kota di Khuzestan termasuk di ibu kota provinsi Ahwaz.
Mayoritas penduduk daerah itu adalah warga etnis Arab, kelompok minoritas di Iran yang bermayoritas Persia. Kantor berita semi resmi Tasnim melaporkan pemerintah mengirim perwakilan ke Ahwaz untuk mengatasi kelangkaan air.
Pada Mei lalu Menteri Energi Iran Reza Ardakanian memperingatkan kelangkaan air pada musim panas. Ia mengatakan tahun ini adalah 'salah satu musim paling kering dalam 50 tahun'.
Kelangkaan air juga mendorong pemadaman listrik yang memicu unjuk rasa di sejumlah kota pada awal tahun ini. Arah sejumlah protes berubah ke politik. Pengunjuk rasa meneriakkan slogan anti-pemerintah, menentang otoritas tertinggi Iran, Ali Khamenei.
Demonstrasi di Khuzestan terjadi setelah ribuan buruh sektor energi Iran melakukan mogok kerja untuk upah dan kondisi kerja yang lebih baik. Sejak tahun 2018 perekonomian Iran terpuruk karena mantan presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memberlakukan kembali sanksi-sanksi ekonomi ke negara itu setelah ia menarik AS dari kesepakatan nuklir Iran 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Sementara pandemi Covid-19 juga memperburuk perekonomian.