REPUBLIKA.CO.ID, Meningkatnya kasus Covid-19 membuat kekhawatiran banyak orang. Dalam kondisi tersebut, para relawan tetap bersemangat membantu masyarakat. Ada relawan yang tak bosan-bosan mengajak warga untuk mengikuti vaksinasi dan menerapkan protokol kesehatan, ada juga yang tak lelah bolak-balik membantu pasien mendapatkan fasilitas kesehatan, hingga para relawan yang tetap semangat membantu pemulasaraan dan pema kaman jenazah pasien Covid-19.
Natsir adalah salah satunya. Sejak Februari, ia tergabung sebagai relawan tim kubur cepat dari Bulan Sabit Merah (BSMI) untuk Kabupaten Klaten dan sekitarnya. Tugas pokok Natsir adalah pengemudi ambulans yang membawa pasien Covid-19. Ia membantu pasien menuju fasilitas kesehatan atau membawa jenazah pasien Covid-19 ke pemakaman. Namun, sering kali Natsir juga harus terjun sebagai eksekutor pemakaman pasien Covid-19 karena terbatasnya jumlah relawan.
Ahad lalu, jadi hari yang cukup melelahkan bagi Natsir dan rekan-rekannya. Ia memulai tugasnya pukul 09.00 ketika mendapat laporan adanya pasien Covid-19 yang memerlukan bantuan ambulans ke rumah sakit. Setelah pontang-panting mengantar pasien, Natsir masih harus membantu pemakaman. Hari itu, ada delapan orang jenazah pasien Covid-19 dari Jogja dan Klaten. Pukul 04.00 dini hari, Natsir baru bisa pulang beristirahat untuk kembali lagi bertugas beberapa jam setelahnya.
"Semenjak kasus Covid-19 naik di Klaten, hampir tiap hari saya terima telepon masyara kat yang butuh ambulans. Banyak pasien yang ke kurangan oksigen (hipoksia), rekor pema kam an jenazah kemarin itu luar biasa datang da ri RS Sardjito Jogja dan wilayah Klaten," ka ta Natsir kepada Republika, beberapa hari lalu.
Saat ini, Natsir menjelaskan, para relawan ke kurangan alat pelindung diri (APD). Ia ber harap pemerintah dan para donatur bisa mem bantu pengadaan APD bagi para relawan di Klaten. Menurut dia, dalam satu kali pema kam an memerlukan sekitar 8-11 anggota. Paling lama proses pemakaman pasien Covid-19 berlangsung selama dua jam.
Tak ada hari libur bagi Natsir dan relawan lainnya. Mereka siap meluncur kapan pun dibutuhkan masyarakat. Natsir pun mengaku bangga bisa menjadi bagian tim relawan dalam misi membantu masyarakat di tengah pandemi yang belum berakhir. Meski ia juga menyimpan kekhawatiran akan pekerja annya yang berpotensi besar terpapar Covid-19.
"Kalau kekhawatiran tentu ada, bahkan ibu saya juga telepon terus tiap hari. Kemarin, teman satu tim juga sempat ada yang terpapar dengan gejala ringan. Tetapi, itu risikonya, saya hanya memohon restu orang tua agar saya bisa terus membantu masyarakat yang butuh pertolongan. Saya berharap relawan tetap semangat dan masyarakat bantu kami dengan menaati PPKM Darurat," kata dia.
Bekti Hidayat, salah satu relawan Muham ma diyah Covid-19 Command Center (MCCC) Se won Bantul, Jogjakarta, juga mengaku, ia dan relawan lainnya lebih bekerja ekstra dalam beberapa hari terakhir seiring peningkatan jumlah kasus terinfeksi Covid-19 di Bantul dan sekitarnya.
Bekti bertindak sebagai penanggung jawab yang mengomandoi tim evakuasi, pemulasaraan jenazah, hingga tim pemakam an. "Biasanya kita 50-60 kegiatan, tapi sejak lon jakan di Juni itu 115 kegiatan. Untuk ke giat an penguburan jenazah Covid-19, misalnya, itu melonjak sehari bisa sampai 8 jenazah. Tapi, kita selalu siap, aktivitas 24 jam," ujarnya.
Bekti mengatakan, prosedur SOP para re lawan MCCC sangat ketat diterapkan untuk men cegah para relawan di lapangan terpapar Covid-19. Menurut Bekti, saat ini ia tengah ber upaya untuk mengajari masyarakat tentang penanganan jenazah Covid-19. Menurut dia, banyak pasien Covid-19 yang meninggal di rumah saat dalam masa isolasi mandiri.
Di Surabaya, seorang relawan Covid-19 GP An sor, Uut Rangkut, mengaku mengalami penurunan kesehatan setelah tiga hari berturut-turut terjun mengoordinasi 100 kadernya yang terlibat sebagai relawan Gerakan Surabaya Memanggil. Saban harinya, Uut mengomandoi anggotanya yang terbagi atas tim operator ambulans, pemulasaraan dan pemakaman, hingga pembantu tenaga kesehatan dalam vaksinasi.
Ia sendiri terjun langsung mengajak dan menggiring warga untuk mengikuti vaksinasi. Setiap pagi, Uut memimpin anggotanya untuk apel di Gedung Linmas Surabaya dan membagi tu gas. Mereka juga wajib mengikut tes usap un tuk memastikan tidak terpapar. Selama bertu gas, para anggota GP Ansor pun wajib meng ikuti setiap protokol kesehatan sebagai relawan.
"Kita saling memahami saja. Kalau tubuh sudah tidak kuat, sudah jangan dipaksa, pulang istirahat. Saya juga memikirkan nasib para relawan karena Covid-19 angkanya semakin tinggi, jumlah relawan terbatas. Banyak dari mereka yang drop kesehatannya," kata Uut.
Uut pun merasa sedih karena ada dua ang go tanya yang juga relawan Covid-19 harus di ka rantina karena terpapar Covid-19 saat ber tu gas. Terlebih, mereka adalah tulang pung gung ke luarga. Karena itu, dia berharap Pemerintah Surabaya dapat membantu keluarga relawan yang sedang menjalani karantina.