Kamis 22 Jul 2021 02:10 WIB

Apakah BPA Dalam Galon Guna Ulang Aman Dikonsumsi? 

Kemasan-kemasan itu perlu diawasi secara berkala oleh BPOM

Warga mengangkut galon berisi air bersih untuk dijual di Kampung Bandan, Jakarta Utara. (Republika/Aditya Pradana Putra) (ilustrasi)
Warga mengangkut galon berisi air bersih untuk dijual di Kampung Bandan, Jakarta Utara. (Republika/Aditya Pradana Putra) (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ahli kimia sekaligus pakar polimer dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Ahmad Zainal Abidin, mengatakan air minum dalam kemasan (AMDK) galon guna ulang berbahan policarbonat (PC) yang mengandung unsur Bisfenol A (BPA) aman untuk dikonsumsi. Hal itu sudah dibuktikan dari hasil penelitian yang dilakukan Sentra Teknologi Polimer (STP) – BPPT Serpong. 

Kepala Laboratorium Teknologi Polimer dan Membran ITB itu menjelaskan hasil penelitian menunjukkan tidak ada satu sampel pun dari AMDK galon guna ulang yang diteliti mengandung BPA di atas ketentuan maskimum yang bisa membahayakan kesehatan manusia. “Migrasi BPA dari galon guna ulang ke produk air di dalamnya itu masih seperseratus dari kadar maksimum yang diizinkan," ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (21/7). 

"Termasuk sampel galon yang terjemur sinar matahari, meski memang ditemukan adanya kandungan migrasi yang lebih tinggi dari yang ditempatkan di tempat yang tidak terkena matahari, namun kadarnya juga masih jauh di bawah batas maksimum yang diijinkan,” katanya menambahkan. 

Hasil penelitian itu, ujarnya, memberi arti bahwa masyarakat tidak perlu kawatir menggunakan air dalam kemasan galon guna ulang. Dari sisi ilmiah, semua zat kimia memang berbahaya. Tidak hanya BPA, zat-zat prekursor yang digunakan untuk membuat botol atau galon plastik PET (polyethylene terephthalate) atau sekali pakai juga sama-sama ada bahayanya. 

Menurut Zainal, etilena glikol yang menjadi salah satu prekursor yang digunakan untuk membuat botol atau galon plastik PET atau sekali pakai itu sangat beracun. Zat tersebut bisa menyerang sistem saraf pusat, jantung dan ginjal serta dapat bersifat fatal jika tidak segera ditangani.

Tapi dalam bentuk polimernya, dimana zat-zat kimia yang menjadi prekursor bahan pembuat botol atau galon plastk itu bereaksi secara kimia sehingga membentuk polimer PC dan PET, itu menjadi tidak berbahaya. "Yang penting tetap dijaga agar polimer itu tidak terurai kembali menjadi bentuk prekursornya. Karenanya, kemasan-kemasan itu perlu diawasi secara berkala oleh BPOM,” ujarnya.

Selain kemasan botol atau galon plastik, Zainal mengatakan, produk obat-obatan juga terbuat dari zat-zat kimia yang berbahaya. Itulah sebabnya, obat bila digunakan sesuai takarannya menjadi bagus, tapi kalau berlebihan malah berbahaya. 

Bahkan garam dapur yang digunakan masyarakat sebagai bahan memasak terdiri dari unsur klorida dan natrium. Menurutnya, natrium itu berbahaya bahkan bisa jadi peledak. Begitu juga dengan klor dalam klorida sama berbahayanya dan bahkan bisa menyebabkan kematian bagi orang yang menghirupnya. “Tapi ketika sudah dijadikan garam dapur, kan sudah tidak berbahaya lagi. Malah hidup ini menjadi hambar tanpa garam,” ujarnya. 

Menurut Zainal, di situlah perlunya ada lembaga seperti BPOM, yang bekerja untuk mengawasi semua kemasan-kemasan pangan yang ada di pasaran. Laboratorium yang digunakan BPOM untuk uji keamanan terhadap kemasan pangan dilihatnya sudah bersertifikat dan diakui Badan Akreditasi Nasional, sama seperti laboratorium di Sentra Polimer BPPT. “Hasil penelitiannya akurat dan bisa dipercaya,” ucapnya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement