Ahad 25 Jul 2021 07:02 WIB

BTS Incar Grammy Lewat Karya Baru

Butter di posisi No. 1 selama tujuh minggu, sebelum diteruskan Permission to dance.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Dwi Murdaningsih
Cuplikan lagu  Permission to dance BTS,
Foto: HYBE LABELS/Youtube
Cuplikan lagu Permission to dance BTS,

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL — Grup K-pop BTS berbagi pemikiran tentang rekor bersejarah mereka di tangga lagu Hot 100 Billboard. Lagu mereka Butter menempati posisi No. 1 di bagan itu selama tujuh minggu, sebelum meneruskannya dengan lagu baru Permission to Dance.

“Rasanya seperti mimpi. Waktunya memang seperti itu, tetapi ketika kami merilis Butter, kami tidak pernah membayangkan bahwa itu akan memegang posisi No. 1 selama tujuh minggu berturut-turut,” kata leader BTS RM dilansir Soompi, Sabtu (24/7).

Baca Juga

Setelah bertahan tujuh minggu di posisi No. 1, RM mengatakan para member bercanda dan berangan-angan bahwa akan menyenangkan menyerahkan tongkat No. 1 pada karya lain. “Merupakan suatu kehormatan bahwa itu menjadi kenyataan,” ujar rapper bernama lahir Kim Nam-joon itu.

Merujuk gagasan bahwa Suga pernah memprediksi kesuksesan grup itu, dia mengungkapkan harapannya dari karya baru BTS. “Saya ingin kami dinominasikan untuk Grammy lagi. Saya ingin menerima penghargaan itu,” kata rapper BTS itu.

Sementara itu, Jin menyampaikan terima kasih kepada penggemar BTS, ARMY dan pendengar lagu mereka. “Saya mempelajarinya secara daring tetapi itu semua berkat ARMY. Saya berterima kasih kepada mereka karena mendengarkan musik kami,” ujar Jin.

Dia mengatakan BTS berjanji akan bekerja lebih keras untuk membalas cinta penggemar. Lagu baru mereka, Permission to Dance telah menarik perhatian karena menggunakan bahasa isyarat internasional sebagai bagian dari koreografi.

“Melalui tarian yang menggabungkan bahasa isyarat internasional, kami ingin memberikan energi positif, kenyamanan, dan harapan kepada seluruh dunia,” kata member J-Hope.

Terkait lagu Blue & Grey, V menjelaskan lagu itu bercerita tentang kekosongan dan kesepian yang dirasakan grup ketika dunia “ditutup” karena Covid-19. “Tidak seorang pun, termasuk kami, dapat memprediksi situasi ini.  Seluruh jadwal kami tiba-tiba dibatalkan, jadi kami merasakan kekosongan.  Tiba-tiba, kami mengalami depresi dan kecemasan, dan saya ingin mengungkapkan emosi itu sejujur ​​mungkin, jadi saya menuliskan semuanya dalam sebuah catatan,” ujar V.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement