Kamis 29 Jul 2021 17:19 WIB

Kata Pakar Soal Pembunuhan Ketua MUI Labuhanbatu Utara

Hanya dengan pemantik kecil, frustrasi bisa meluapkan perilaku agresif yang ekstrim.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Agus Yulianto
Reza Indragiri Amriel
Foto: NET
Reza Indragiri Amriel

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar psikologi forensik Reza Indragiri Amriel menganalisa kasus pembunuhan terhadap Ketua MUI Labuhanbatu Utara (Labura) Aminurrasyid Aruan. Dia mengungkapkan, ada sejumlah alasan yang melandasi pembunuhan tersebut.

Reza mengatakan, kondisi pelaku selama ini patut menjadi perhatian. Apalagi, jika pelaku larut dalam kesulitan hidup yang berkepanjangan hingga mengalami frustrasi. Dalam kondisi semacam itu frustrasi sesungguhnya menjadi prakondisi ideal bagi kekerasan. 

"Inilah yang melatari teori frustrasi agresi. Hanya dengan pemantik kecil, frustrasi bisa meluapkan perilaku agresif yang ekstrim. Sekali lagi, pemicunya mungkin sepele, tapi endapan persoalan pada diri pelaku boleh jadi sudah sedemikian besar," kata Reza kepada Republika, Kamis (29/7).

Dari keterangan kepolisian, pelaku menaruh dendam karena sering dinasehati korban. Namun, Reza menilai, perlu dicermati lebih dulu bentuk nasehat tersebut. 

Sayangnya, pihak kepolisian belum merinci kasus ini. "Nasehatnya seperti apa? Adakah pilihan kata yang membuat pelaku tersinggung?" ujar Reza.

Reza memandang, kondisi pelaku dalam rentang waktu di sekitar kejadian pembunuhan pantas dicek. Dia menduga, di balik perilaku kekerasan ekstrem bisa ada faktor minuman keras, narkoba atau sejenisnya. Pada sisi kepribadian pelaku juga patut ditelusuri kecenderungan intermittent explosive disorder atau gangguan saat seseorang mengalami kegagalan dalam mengontrol rasa marahnya dan memiliki dorongan-dorongan untuk bertindak secara kasar.

"Apa pun itu, faktor-faktor di atas tidak ada yang patut dikedepankan sebagai unsur peringan apalagi pemaaf (bagi pelaku)," ujar Reza.

Selain itu, Reza menanggapi ulah pelaku yang membuang jenazah korban di parit. Ada dua versi analisa soal ini. Pertama bila tindakan pelaku dilandasi pengaruh miras atau narkoba.

"Kalau pelaku berada di bawah pengaruh miras atau narkoba saat melakukan aksinya, maka tidak terjelaskan mengapa dia meletakkan tubuh korban di selokan. Jangankan kita, pelaku pun tidak sepenuhnya bisa menjelaskan kelakuannya," ucap Reza.

Analisa kedua, Reza menyebut, bisa saja tindakan buang jenazah dilakukan pelaku dengan tujuan menghancurkan nama baik korban sekaligus menekan pihak lain.

"Yang mengerikan adalah kalau hal tersebut dilakukan sebagai bentuk penghinaan terhadap korban atau sebagai intimidasi bagi pihak lain (misal, keluarga korban). Jika ini yang menjadi penjelasan, maka bisa dibayangkan betapa dahsyatnya gelegak kemurkaan si pelaku," tutur Reza.

Sebelumnya, Aminurrasyid ditemukan tewas dalam kondisi penuh luka di dalam parit di depan rumah warga di halaman warga di Kelurahan Gunting Saga, Kecamatan Kualuh Selatan pada Selasa (27/7). Personel Kepolisian Resor Labuhanbatu, Sumatera Utara sudah menangkap orang yang diduga sebagai pelaku.

"Sudah ditangkap," kata Kapolres Labuhanbatu AKBP Deni Kurniawan, Selasa (27/7).

Deni mengatakan, bahwa identitas pelaku berinisial A dan saat ini pelaku sudah ditahan guna proses penyelidikan lebih lanjut. Ketika ditanya mengenai motif pembunuhan tersebut, AKBP Deni Kurniawan menyebut bahwa pihaknya masih melakukan pendalaman. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement