Jumat 30 Jul 2021 16:20 WIB

Pelonggaran PPKM dan Malioboro yang Masih Sepi

Pengunjung Malioboro yang sedikit membuat pengawasan PPKM lebih mudah.

Red: Indira Rezkisari
Pedagang memasang bendera putih tanda berkabung pada gerobak,l di kawasan Malioboro, Yogyakarta, Jumat (30/7). Pemasangan bendera putih ini sebagai tanda simbolis Malioboro Berkabung oleh Paguyuban Kawasan Malioboro. Hal ini imbas ditutupnya kawasan Malioboro selama pemberlakuan PPKM Darurat. Sehingga pedagang kaki lima sama sekali tidak ada pemasukan selama itu. Mereka meminta pelonggaran masuk ke Malioboro bagi pengunjung. Serta meminta kebijakan yang serta terobosan yang nyata berdampak bagi mereka.
Foto:

Penerapan PPKM Darurat telah menurunkan pendapatan pedagang kaki lima atau PKL di Yogyakarta secara drastis. Ketua Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia (APKLI) DIY, Mukhlas Madani, mengatakan, penurunan omset PKL mencapai 70 hingga 80 persen.

Ia menyebut, bahkan ada PKL yang tidak mendapatkan penghasilan sama sekali dikarenakan tidak beroperasi. Salah satunya di kawasan Malioboro yang mana kegiatan di kawasan tersebut dihentikan selama PPKM darurat.

"Selama PPKM (darurat) di Malioboro tidak berjualan, kekuatannya wisata maka jualannya sepi karena kunjungan sepi. Di (Kabupaten) Gunungkidul dan Bantul bahkan banyak yang tidak berjualan, bahkan (pendapatan) minus karena tidak jualan, PKL kondisinya sangat terpuruk," kata Mukhlas kepada wartawan dalam wawancara yang digelar secara virtual, Jumat (9/7).

Di seluruh kabupaten/kota se-DIY, Mukhlas menyebut, setidaknya lebih dari 20 ribu PKL. Dua ribu lebih PKL di antaranya berada di kawasan Malioboro.

Dari total 20 ribu PKL tersebut, katanya, 55 persen di antaranya tidak beroperasi. PKL yang tidak beroperasi ini ada yang hanya sementara waktu dan ada yang belum dapat dipastikan sampai kapan tidak beroperasi.

Hal ini dikarenakan mereka sudah tidak memiliki modal mengingat tidak adanya penghasilan. "Ada yang tutup dan tidak tahu kapan mau buka karena modal habis untuk biaya hidup. Kita tidak tahu apa  mereka bisa buka lagi atau tidak," ujarnya.

Mukhlas menuturkan, PKL di DIY saat ini sangat membutuhkan stimulus dari pemerintah. Pasalnya, belum ada bantuan yang diberikan pemerintah kepada PKL selama PPKM darurat, bahkan selama pandemi Covid-19.

"Karena sudah lama tidak berjualan, mereka butuh stimulus atau bantuan untuk biaya hidup seperti bantuan sembako dan sebagainya. Sampai hari ini bantuan itu belum ada untuk kami," jelas Mukhlas.

Pihaknya sendiri sudah pernah berkoordinasi dengan pemerintah terkait hal ini. Bahkan, pemerintah juga sempat meminta data terkait PKL yang terdampak.

Kabid Perdagangan Dalam Negeri, Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperindag) DIY, Yanto Apriyanto, mengatakan pengunjung pasar tradisional dan modern menurun selama PPKM. Penurunannya di masa PPKM Darurat bisa mencapai 50 persen.

"Penurunan ini disebabkan patuhnya masyarakat DIY akan imbauan pemerintah untuk stay at home. Berbelanja secukupnya dan hanya seperlunya keluar rumah, tidak seperti sebelumnya banyak keluar. Sekarang betul-betul masyarakat Yogya mematuhi ketentuan yang disampaikan pemerintah dengan terbukti (turunnya kunjungan) di pasar," kata Yanto.

Bahkan, katanya, juga ada yang mengalami penurunan pengunjung hingga 75 persen. Penurunan pengunjung pasar tradisional maupun pusat perbelanjaan modern ini dikarenakan banyak masyarakat yang berbelanja kebutuhan pokok di pedagang keliling atau toko yang terdekat dengan kediamannya.

"Sekarang yang banyak berbelanja ke pasar itu para pedagang kulakan yang untuk dijual kembali ke masyarakat, sehingga pengunjung berkurang," ujarnya.

photo
Pedagang kaki lima kembali berjualan di kawasan wisata Malioboro, Yogyakarta, Kamis (29/7). Pada PPKM level 4 pedagang kaki lima diperbolehkan berjualan kembali. Namun, sepinnya pengunjung mengakibatkan pedagang belum membuka lapak semua. - (Wihdan Hidayat / Republika)

 

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَاِذَا تُتْلٰى عَلَيْهِمْ اٰيٰتُنَا بَيِّنٰتٍ تَعْرِفُ فِيْ وُجُوْهِ الَّذِيْنَ كَفَرُوا الْمُنْكَرَۗ يَكَادُوْنَ يَسْطُوْنَ بِالَّذِيْنَ يَتْلُوْنَ عَلَيْهِمْ اٰيٰتِنَاۗ قُلْ اَفَاُنَبِّئُكُمْ بِشَرٍّ مِّنْ ذٰلِكُمْۗ اَلنَّارُۗ وَعَدَهَا اللّٰهُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْاۗ وَبِئْسَ الْمَصِيْرُ ࣖ
Dan apabila dibacakan di hadapan mereka ayat-ayat Kami yang terang, niscaya engkau akan melihat (tanda-tanda) keingkaran pada wajah orang-orang yang kafir itu. Hampir-hampir mereka menyerang orang-orang yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka. Katakanlah (Muhammad), “Apakah akan aku kabarkan kepada-mu (mengenai sesuatu) yang lebih buruk dari itu, (yaitu) neraka?” Allah telah mengancamkannya (neraka) kepada orang-orang kafir. Dan (neraka itu) seburuk-buruk tempat kembali.

(QS. Al-Hajj ayat 72)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement