REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Masjid-masjid di Prancis seyogyanya mengkhawatirkan masa depan mereka setelah sebuah masjid diancam akan ditutup oleh pihak berwenang. Kekhawatiran itu diungkapkan oleh presiden dari masjid yang akan ditutup tersebut, yang memperingatkan setiap masjid di Prancis harus khawatir akan masa depannya.
Presiden dari Masjid Gennevilliers dekat Paris, Mohamed Benali, berbicara hal itu setelah Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin mengancam menutup masjid itu atau memecat seorang imam yang memberikan khutbah di sana pada 4 Juni 2021. Khutbah tersebut dianggap bertentangan dengan nilai-nilai Republik.
Sebelumnya, Imam Mohamed el Mehdi Bouzid dalam khutbahnya diduga mengatakan wanita kurang memiliki kesopanan dan beberapa wanita 'dihuni oleh setan', serta mereka berbagi tata cara make up (bersolek) atau berpakaian di jejaring sosial yang memamerkan bentuk tubuh mereka.
Khutbah itu kemudian menyebabkan sang imam dipanggil oleh otoritas Hauts-de-Seine pada 8 Juli 2021. Pemanggilan itu disebut sebagai bagian dari perang melawan separatisme dan radikalisasi.
Hal ini kemudian mengundang kekhawatiran Mohamed Benali selaku presiden dari masjid yang diancam tersebut. "Saya benar-benar menyesal karena otoritas publik telah berperilaku seperti ini, tetapi saya tidak punya pilihan selain menderita tekanan yang tidak adil ini pada semua komunitas ini. Undang-undang separatisme telah disahkan tampaknya menargetkan Islam di Prancis secara keseluruhan. Jika Masjid Gennevilliers terancam ditutup, setiap masjid harus khawatir," kata Benali, dilansir di 5 Pillars UK, Senin (9/8).
Benali mengatakan Imam Mehdi bukanlah pegawai masjid tersebut dan telah meninggalkan Prancis setelah ia pergi ke Tunisia. Ia mengatakan, dia juga telah mengajukan pengaduan/komplain terhadap Darmanin atas penyalahgunaan kekuasaan.