REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Dalam upaya untuk mematahkan kemajuan Taliban ke pusat-pusat kota, pasukan Afghanistan pada Senin (9/8) mengklaim telah membunuh lebih dari 500 gerilyawan Taliban dalam operasi serangan udara dan darat dalam 24 jam terakhir.
Kementerian Pertahanan Afghanistan mengatakan operasi itu dilakukan di provinsi Nangarhar, Khost, Logar, Paktia, Kandahar, Herat, Farah, Jowzjan, Samangan, Helmand, Takhar, Kunduz, dan Panjshir.
Sekitar 579 teroris Taliban tewas dan 161 lainnya terluka dalam operasi ANDSF (Pasukan Pertahanan dan Keamanan Nasional) Afghanistan.
Sementara itu, Taliban terus memasuki pusat-pusat kota setelah merebut distrik-distrik penting dalam beberapa pekan terakhir.
Zabihullah Mujahid, juru bicara kelompok itu, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka membangun kekuatan di Aybak, ibu kota provinsi Samangan.
“‘Mujahidin’ (Taliban) memasuki kota (Aybak) dan menguasai penjara umum. 'Musuh yang melarikan diri' sedang diserang, perang berlanjut," ungkap dia di Twitter, sambil mengklaim dia telah membunuh sejumlah personel pasukan keamanan.
Samangan menjadi provinsi kedelapan setelah Qala-e-Nau, Lashkargah, Zaranj, Sheberghan, Kunduz, Taluqan dan Sar-e-Pul yang dikuasai oleh Taliban.
Perang antara pasukan Taliban dan Afghanistan telah meningkat ketika pasukan asing menarik diri dari negara yang dilanda perang itu pada 11 September.
Pengungsi meminta bantuan
Banyak warga Afghanistan yang lelah perang yang terlantar akibat gelombang kekerasan terbaru melakukan demonstrasi protes di ibu kota Kabul menentang pertumpahan darah.
Salah satu pengungsi internal, Abdul Hakeem dari provinsi Kunduz, mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa masyarakat internasional, khususnya dunia Muslim, harus campur tangan demi perdamaian di Afghanistan.
“Muslim di dunia tidak boleh tinggal diam, dan bertindak untuk memberikan bantuan kepada begitu banyak warga sipil yang terperangkap di kota-kota dan desa-desa akibat perang antara pasukan pemerintah dan Taliban,” seru dia.