Kamis 19 Aug 2021 22:06 WIB

Sosiolog: Isoman di Isolasi Terpusat Pilihan Rasional

Pemindahan isoman ke isolasi terpusat ini berkaitan dengan sumber daya.

Sosiolog: Isoman di Isolasi Terpusat Pilihan Rasional. Pasien COVID-19 tanpa gejala-gejala ringan (OTG-GR) beraktivitas di area tempat Isolasi Terpusat di Denpasar, Bali, Kamis (12/8/2021). Pemerintah Provinsi Bali menyediakan 45 tempat Isolasi Terpusat yang tersebar di seluruh kabupaten/kota di Bali dengan kapasitas 3.740 tempat tidur untuk penanganan bagi pasien COVID-19 OTG-GR.
Foto: Antara/Nyoman Hendra Wibowo
Sosiolog: Isoman di Isolasi Terpusat Pilihan Rasional. Pasien COVID-19 tanpa gejala-gejala ringan (OTG-GR) beraktivitas di area tempat Isolasi Terpusat di Denpasar, Bali, Kamis (12/8/2021). Pemerintah Provinsi Bali menyediakan 45 tempat Isolasi Terpusat yang tersebar di seluruh kabupaten/kota di Bali dengan kapasitas 3.740 tempat tidur untuk penanganan bagi pasien COVID-19 OTG-GR.

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Sosiolog dari Universitas Udayana Bali Wahyu Budi Nugroho mengatakan aturan pemindahan warga terkonfirmasi positif Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri (isoman) ke isolasi terpusat merupakan pilihan yang rasional.

"Menurut saya, ini adalah pilihan yang rasional karena ada dua hal utama yang dipertimbangkan terkait hal ini, yaitu sumber daya dan risiko bagi masyarakat," kata Wahyu, Kamis (19/8).

Baca Juga

Ia menjelaskan pemindahan isoman ke isolasi terpusat ini berkaitan dengan sumber daya. Umumnya sebagian masyarakat kelas menengah dan kelas atas memiliki sumber daya memadai untuk membuat tempat isoman aman dan layak.

Selain itu, kemampuan finansial untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari selama isoman, termasuk kebutuhan akan obat-obatan dan makanan yang bergizi. Sementara, berbagai kebutuhan tersebut umumnya sulit dipenuhi oleh masyarakat kelas bawah dan sebagian masyarakat kelas menengah sehingga penyediaan isolasi terpusat bisa menjadi solusinya.

Hal ini tentu bertujuan menghindari kondisi kesehatan yang memburuk dan lebih mudah dalam pemantauan petugas. Aturan pemindahan isoman ke isolasi terpusat juga sempat memunculkan penolakan di masyarakat.

Menurut Wahyu, hal ini dapat diatasi dengan cara menggunakan komunikasi yang tepat. "Saya kira tidak akan sampai ke arah situ (konflik sosial) karena ini lebih pada persoalan perbedaan sudut pandang, cukup digunakan pendekatan dan cara komunikasi yang tepat dalam persuasi warga," katanya.

Ke depannya, dia berharap pemerintah bisa terus berbenah memperbaiki sarana dan prasarana isolasi terpusat dalam memberikan kenyamanan bagi warga yang melakukan isolasi di tempat tersebut. "Mau tidak mau, pemerintah harus terus memperbaiki sarana dan prasarana isolasi terpusat. Jika ini bisa dilakukan, ke depan saya yakin warga tidak akan ragu lagi jika mereka harus dipindahkan ke isolasi terpusat, karena mereka juga telah mendengar pengalaman warga lain yang pernah menempati isolasi terpusat sebelumnya," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement