REPUBLIKA.CO.ID, KABUL - Tidak ada tanda-tanda perayaan Hari Kemerdekaan Afghanistan ke-102 pada Kamis, di tengah ketidakpastian di negara yang dilanda perang itu. Selama bertahun-tahun, Afghanistan memperingati Hari Kemerdekaan untuk mengenang pemberian kedaulatan penuh dari Inggris pada 1919.
Tahun ini, perayaan pun ditiadakan menyusul jatuhnya pemerintah dan pendudukan Taliban di seluruh negeri, termasuk ibu kota, Kabul. Taliban, penguasa de facto Afghanistan, merilis pernyataan untuk memperingati hari bersejarah Afghanistan.
“Hari ini kita merayakan ulang tahun kemerdekaan kita dari kekuasaan Inggris pada saat Amerika Serikat, negara adidaya, telah gagal total melawan perlawanan jihadis dan telah dipaksa mundur dari Afghanistan,” kata Taliban dalam sebuah pernyataan.
Kelompok itu juga mengatakan bahwa Taliban mengupayakan persatuan dan ketulusan di bawah aturan "sistem Islam" demi rekonstruksi dan kemakmuran.
Pada Rabu, sejumlah warga Afghanistan tampak merayakan Hari Kemerdekaan di beberapa kota, termasuk Khost, Jalalabad, dan Assadabad, meskipun berujung ricuh. Dengan kekuasaan Taliban, kini muncul perdebatan untuk mengubah bendera tiga warna Afghanistan menjadi bendera putih Taliban.
Baca juga : Sekjen PBB Siap Berdialog dengan Taliban Usai Pemimpin Jelas