REPUBLIKA.CO.ID, KABUL - Pesawat tak berawak (drone) milik Amerika Serikat (AS) menewaskan satu orang milisi dari kelompok yang diduga bertanggung jawab dalam serangan Kabul, Jumat (27/8) waktu setempat. Sementara itu juga pasukan AS di Kabul didesak untuk mempercepat proses evakuasi dari Afghanistan.
"Serangan di Afghanistan timur menewaskan satu orang anggota afiliasi Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) cabang Khurasan, ISIS-K," kata Komando Pusat AS.
Presiden AS Joes Biden mengatakan mereka yang bertanggung jawab atas pengeboman bunuh diri Kamis (26/8) adalah ISIS. ISIS merupakan musuh bagi Barat dan Taliban Afghanistan dan dikenal terutama karena serangan mematikan. Gedung Putih dan Pentagon memperingatkan akan ada lebih banyak pertumpahan darah menjelang tenggat waktu yang semakin dekat pada Selasa (31/8) untuk mengakhiri pengangkutan udara dan menarik pasukan Amerika.
Sekretaris pers Gedung Putih Jen Psaki menuturkan beberapa hari ke depan akan menjadi periode paling berbahaya sampai saat ini dalam proses evakuasi. Ini diperingatkan beberapa jam sebelum AS mengeluarkan peringatan keamanan untuk empat gerbang bandara.
Pengeboman di Kabul terjadi di dua gerbang Bandara Internasional Ahmad Karzai, Kabul, sekitar pukul 17.50 waktu setempat. Ada dua pelaku bom bunuh diri dan satu penembak yang beraksi dalam serangan tersebut.
Sebanyak lebih dari 100 warga sipil dilaporkan meninggal dan 13 personel pasukan AS gugur dalam serangan itu. Serangan dilakukan dengan menyasar ribuan warga yang berupaya meninggalkan Afghanistan sejak Taliban menguasai Kabul.
Kelompok ekstremis Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) cabang Khurasan mengeklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut. Taliban mengecam pengeboman itu dan mengaku telah mendapat informasi dari pihak AS sehingga mampu mencegah sejumlah serangan lainnya.