REPUBLIKA.CO.ID, SALATIGA -- Sedikitnya 40 pelaku usaha kuliner yang ada di wilayah Kota Salatiga, Jawa Tengah mengikuti pelatihan Digitalisasi Kuliner yang difasilitasi oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Salatiga. Pelatihan ini melibatkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Wali Kota Salatiga, Yuliyanto mengungkapkan, Pemkot Salatiga memandang penting digelarnya pelatihan Digitalisasi Kuliner kepada para pelaku usaha di bidang kuliner yang ada di daerahnya tersebut.
Tujuan dari pelatihan ini untuk meningkatkan kapasitas sekaligus kemampuan para pelaku usaha sektor kuliner di Kota Salatiga. "Khususnya dalam memanfaatkan teknologi digital bagi kepentingan pemasaran produknya," kata Yulianto, Jumat (3/9).
Kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Salatiga, Valentino T Haribowo mengatakan, tujuan pelatihan Digitalisasi Kuliner tersebut untuk meningkatkan pengetahuan, motivasi, dan kemampuan para pengelola destinasi dan daya tarik wisata dengan memanfaatkan teknologi digital sebagai penunjang. Sasarannya, peserta mengetahui dan memahami tahapan dasar kepariwisataan serta pemasaran digital, tahapan pengembangan pemasaran digital serta memahami pentingnya fotografi dan bahasa yang efektif dalam pemasaran.
Pelatihan tersebut, lanjut Valentino, mendatangkan pengajar dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), akademisi bidang pariwisata dari berbagai perguruan tinggi, dan praktisi yang memiliki kompetensi di pemasaran digital dan fotografi. Keterlibatan sejumlah para pakar tersebut tentunya akan berdampak positif bagi pelaku usaha kuliner di Kota Salatiga.
"Kami berharap kesempatan berharga ini harus dimanfaatkan dengan baik oleh para peserta," kata Valentino, Jumat (3/9).
Salah seorang peserta pelatihan, Wiwid, mengaku baru kali pertama mengikuti pelatihan. Pelaku usaha aneka kripik dari Kelurahan Tegalrejo tersebut tertarik untuk mengikuti pelatihan agar usahanya bisa lebih maju lagi.
Selama ini ia telah melakukan pemasaran dengan memanfaatkan media sosial maupun marketplace yang sebelum pandemi telah mencapai omzet usaha Rp 10 juta per bulan. Sekarang ini, omzet usaha milik Wiwid hanya mampu menyentuh angka Rp 5 juta perbulan.
"Saya ingin mendorong kembali pemasaran yang lebih luas lagi, dengan menimba ilmu dari pelatihan ini," kata Wiwid.