Sabtu 04 Sep 2021 08:32 WIB

Laporan Pekerjaan AS Mengecewakan, Nilai Tukar Dolar Jatuh

Data penggajian nonpertanian AS meningkat, tapi belum sesuai perkiraan.

Red: Friska Yolandha
Karyawan menghitung uang dolar Amerika Serikat (AS) di tempat penukaran valuta asing, Jakarta, Rabu (6/1). Nilai tukar dolar AS jatuh untuk hari keempat berturut-turut terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Jumat (3/9), setelah laporan pekerjaan AS yang jauh lebih lemah dari perkiraan.
Foto: ANTARA/Fakhri Hermansyah
Karyawan menghitung uang dolar Amerika Serikat (AS) di tempat penukaran valuta asing, Jakarta, Rabu (6/1). Nilai tukar dolar AS jatuh untuk hari keempat berturut-turut terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Jumat (3/9), setelah laporan pekerjaan AS yang jauh lebih lemah dari perkiraan.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Nilai tukar dolar AS jatuh untuk hari keempat berturut-turut terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Jumat (3/9), setelah laporan pekerjaan AS yang jauh lebih lemah dari perkiraan. Hal ini kemungkinan akan membuat Federal Reserve tidak bergerak dalam mengurangi langkah-langkah stimulus besar-besarannya.

Data penggajian (payrolls) nonpertanian AS meningkat 235.000 pada Agustus, jauh di bawah perkiraan 728.000 pekerjaan oleh para ekonom dalam jajak pendapat Reuters. Sementara tingkat pengangguran turun menjadi 5,2 persen dari 5,4 persen di bulan sebelumnya.

Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya turun ke level 91,941, terendah sejak 4 Agustus, dan terakhir turun 0,231 persen pada 92,014. Indeks dolar telah turun sekitar 0,7 persen selama minggu ini.

Dolar telah melemah di tengah ketidakpastian atas jalur kebijakan Fed. Ketua Fed Jerome Powell mengatakan Jumat lalu (27/8) bahwa pengurangan stimulus dapat dimulai tahun ini jika pertumbuhan lapangan kerja berlanjut namun bank sentral tidak akan terburu-buru untuk melakukannya.