REPUBLIKA.CO.ID, LIMA -- Presiden Peru Pedro Castillo mengungkapkan bahwa pemerintahannya telah mencapai kesepakatan dengan Rusia untuk membangun pabrik guna memproduksi vaksin Sputnik V COVID-19. Vaksin Covid-19 tersebut dikembangkan oleh The Gamaleya National Center of Epidemiology and Microbiology di Rusia.
Dilansir dari kantor berita Reuters pada Selasa (7/9), Castillo tidak memberikan informasi lebih lanjut tentang rentang waktu rencana itu. Ia tak menggambarkan detail bagaimana instalasi atau target produksi Sputnik selama pidato yang disiarkan di televisi nasional.
"Saya mengumumkan bahwa sebagai hasil pembicaraan antara pemerintah Peru dan Rusia, kesepakatan telah dicapai untuk membuat pabrik produksi vaksin Sputnik V di Peru," kata Castillo dalam pidato yang disiarkan oleh saluran TV Peru.
Menurut presiden, menteri kesehatan Peru akan segera "menyerahkan rincian berkaitan dengan pekerjaan ini."
Tetapi Castillo menambahkan bahwa menteri kesehatan akan memberikan informasi lebih lanjut. Ia memberikan mandat dan kewenangan soal detail pembangunan pabrik kepada menteri kesehatan.
"Saya menyerahkan rincian berkaitan dengan pekerjaan ini kepada menteri kesehatan Peru," ujar Castillo.
Peru menandatangani kontrak untuk membeli 20 juta dosis Sputnik V pada bulan Juli. Menteri Kesehatan Rusia Mikhail Murashko pada Rabu (11/8), mengatakan, Vaksin COVID-19 Sputnik V ampuh sekitar 83 persen melawan varian virus corona varian Delta. Namun keampuhan ini lebih rendah dari yang diperkirakan.
Otoritas menyalahkan lonjakan kasus COVID-19 periode Juni-Juli pada varian Delta yang lebih menular dan penolakan warga untuk divaksinasimeski vaksin tersedia secara luas. Pengembang vaksin pada Juni mengatakan bahwa Sputnik V memiliki keampuhan sekitar 90 persen terhadap varian Delta.
Indonesia menjadi negara pengguna vaksin Sputnik V yang diperuntukkan bagi warga berusia 18 tahun ke atas. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah mengeluarkan izin penggunaan darurat untuk vaksin Sputnik V.