REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mulai September ini, sebagian sekolah di Indonesia mulai memberlakukan Pembelajaran Tatap Muka (PTM), seiring melandainya pandemi Covid-19 di Tanah Air. PTM terbatas diizinkan untuk daerah dengan status PPKM level 2 dan 3, termasuk wilayah Jawa-Bali.
Konsultan dokter spesialis anak dari Makuku Family, dr Andreas MKed (Ped) SpA menyadari metode belajar di rumah menimbulkan stres, tidak hanya pada anak tapi juga orang tua. Tapi untuk menggelar PTM sekarang perlu dilakukan hati-hati.
Menurut Andreas, keputusan PTM diambil pemerintah setelah melihat kasus positif dan angka kematian akibat Covid-19 sudah turun. "Tapi perlu diingat bahwa cakupan vaksinasi anak usia 12-18 tahun di Indonesia belum sampai 80 persen. Masalahnya lagi, ketersediaan fasilitas tes PCR di daerah belum sama banyaknya dengan di Jabodetabek. Ini harus hati-hati juga,” kata dia.
Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah kesiapan sekolah. Sekolah wajib menjaga prokes dan kesiapannya bukan hanya persoalan wastafel atau ruang kelas. "Tapi kesiapan mental guru-guru menghadapi anak yang ricuh dan tidak mengikuti protokol kesehatan. Siapkah gurunya?” ujar Andres bertanya.
Yang tidak kalah penting, Andreas menyatakan, sarana dan prasarana sekolah harus dipersiapkan untuk kondisi darurat, misalnya ketika tiba-tiba ada anak yang demam saat di sekolah. Adapun orang tua juga harus memastikan anak selalu mematuhi protokol kesehatan. "Bagaimana pakai maskernya, harus benar-benar diajari jangan cuma menyuruh,” katanya.
Sebagai tips, saat PTM sudah efektif berjalan, orang tua harus tahu gejala infeksi virus corona pada anak. Kasus Covid-19 pada anak seringkali tidak langsung ketahuan seperti orang dewasa. Gejalanya ringan seperti tiba-tiba lemas, bahkan demamnya pun tidak terlalu tinggi. "Ini yang perlu diperhatikan saat tatap muka,” kata Andreas.
Andreas mengatakan hal itu dalam webinar dengan tema 'Menghadapi Sekolah Tatap Muka, Sudah Siapkah Parents?', Selasa (28/9) yang digelar Makuku Family. Influencer Zee Zee Shahab mengakui pembelajaran jarak jauh yang berlangsung hampir dua tahun ini bukan metode yang ideal.
"Anakku yang pertama umur 8 tahun, masuk SD kelas 1 pas pandemi. Dia sampai nggak tahu nama teman-teman kelasnya. Sekarang dia jadi suka gampangin masalah. Kalau gak bisa, aku tinggal googling atau panggil mommy aja," curhat Zee Zee.
Meski belajar di rumah banyak kelemahan, bukan berarti Zee Zee sudah siap melepas anaknya kembali ke sekolah. Ia mengaku belum siap dengan konsekuensinya dan memilih untuk tetap sekolah online.
"Kalau anak SMP atau SMA mungkin sudah mengerti protokol kesehatan, bagaimana sosialisasi di masa pandemi. Tapi kalau SD belum waktunya ya, karena kalau ketemu teman-teman euforianya beda. Bisa langsung lepas masker dan lupa jaga jarak,” ujar Zee Zee.
CEO Makuku Family, Jason Lee, mengungkapkan webinar ini diperlukan untuk membantu para orang tua agar lebih siap menghadapi sekolah tatap muka, terutama dari segi kesehatan. "Kita ingin sharing ke semua tentang informasi kesehatan. Terutama bagaimana cara kita mengurangi atau mencegah penyebaran Covid-19 selama PTM," kata Lee.