REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Kapal selam bertenaga nuklir Amerika Serikat (AS) menabrak sebuah objek saat melakukan operasi di perairan internasional di kawasan Indo-Pasifik. Angkatan Laut AS mengatakan, tabrakan tersebut menyebabkan beberapa awak kapal selam USS Connecticut terluka.
"Kapal selam tetap dalam kondisi aman dan stabil. Ruang propulsi nuklir USS Connecticut tidak terpengaruh dan tetap beroperasi penuh," ujar pernyataan Angkatan Laut AS, dilansir Aljazirah, Jumat (8/10).
Angkatan laut AS tidak merinci objek apa yang ditabrak oleh kapal selam tersebut, lokasi kejadian atau jumlah pelaut yang terluka. Pejabat AS, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa, insiden itu terjadi di Laut Cina Selatan.
Sekitar 15 awak kapal selam menderita luka ringan seperti memar dan luka. Sementara dua orang mengalami cedera tingkat sedang. Angkatan Laut sedang menyelidiki insiden tabrakan tersebut. “Keselamatan awak tetap menjadi prioritas utama Angkatan Laut,” kata pernyataan Angkatan Laut.
Angkatan Laut AS mengatakan, kapal selam itu sekarang menuju Guam.
USS Connecticut adalah kapal selam serang cepat kelas Seawolf USS Connecticut (SSN 22) yang memiliki 140 awak, termasuk 14 perwira. Angkatan Laut mengatakan kapal Seawolf sangat tenang, cepat, dipersenjatai dengan baik, dan dilengkapi dengan sensor canggih. Kapal selam tersebut juga memiliki delapan tabung torpedo.
AS telah melakukan operasi kebebasan navigasi di Laut Cina Selatan untuk menegaskan hak dan kebebasan navigasi sesuai dengan hukum internasional. Ketegangan di daerah itu meningkat sejak 2016 ketika Pengadilan Arbitrase Internasional di Den Haag menolak sembilan garis putus-putus Cina, dan memutuskan bahwa Beijing tidak memiliki hak bersejarah atas Laut Cina Selatan.
Laut China Selatan adalah salah satu jalur yang disengketakan dan signifikan secara ekonomi di dunia. China mengklaim hampir seluruh wilayah di bawah garis sembilan putus-putus yang kontroversial. China telah membangun pulau-pulau buatan dan mendirikan pos-pos militer di Laut China Selatan dalam beberapa tahun terakhir.