REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia Investment Authority (INA) dan PT Angkasa Pura II (Persero) bersinergi untuk mengambangkan Bandara Soekarno-Hatta. Sebagai bandara terbesar dan tersibuk di tanah air, Bandara Soekarno-Hatta perlu terus diakselerasi pengembangan dan standar pengelolaannya.
Ketua Dewan Direktur INA Ridha Wirakusumah optimistis dengan adanya kerja sama tersebut. “Melalui kemitraan strategis dengan AP II, INA menghadirkan manajemen dan praktik kelas dunia terbaik bagi layanan bandara dan manajemen kargo,” kata Ridha dalam pernyataan tertulisnya, Senin (11/10).
Dengan begitu, menurutnya nantinya akan mendukung terciptanya pengelolaan dan pengoperasian bandara kelas dunia di gerbang utama Indonesia. Dia menuturkan, Bandara Soekarno-Hatta dapat memberikan layanan terbaik sesuai dengan best practice global.
“Bandara Soekarno-Hatta merealisasikan seluruh potensinya, serta menjadi kunci penggerak sektor logistik udara di Indonesia,” tutur Ridha.
Dalam upaya mencapai akselerasi tersebut, INA dan AP II dua perjanjian pada hari ini (11/10). Terdapat dua Perjanjian Pendahuluan tentang Kemitraan Strategis Pengelolaan dan Pengembangan Bandara Soekarno-Hatta serta Kemitraan Strategis Pengelolaan dan Pengembangan Cargo Village Bandara Soekarno-Hatta.
Ridha mengatakan, kemitraan strategis dengan AP II tersebut sejalan dengan fokus investasi INA di beberapa sektor utama, seperti bandara, pelabuhan, jalan tol, kawasan industri, digital infrastructure, layanan kesehatan, dan energi terbarukan. Dia menilai dengan adanya bandara dan manajemen kargo yang mumpuni dapat meningkatkan daya saing Indonesia di sektor logistik udara.
“Terlebih, kemitraan strategis ini memastikan bahwa seluruh aset existing dan yang akan dibangun di Bandara Soekarno-Hatta tetap sepenuhnya dimiliki oleh AP II,” jelas Ridha.
Sementara itu, Direktur Utama AP II Muhammad Awaluddin juga melihat kemitraan strategis dengan INA akan secara cepat meningkatkan daya saing Bandara Soekarno-Hatta. Khususnya di tingkat regional dan global.
“Melalui kemitraan dengan INA, berbagai pengembangan yang sedang dijalankan yakni dalam hal penciptaan layanan yang terbaik bagi pengguna jasa dan transformasi layanan kargo di Bandara Soekarno-Hatta,” jelas Awaluddin.
Awaluddin mengatakan, cargo village di Bandara Soekarno-Hatta yang dilengkapi dengan state of the art technology akan menandakan dimulainya era baru dan modern. Khususnya dalam pelayanan kargo udara di Indonesia akan dapat diakselerasi implementasinya.”
“Kemitraan strategis ini juga mendatangkan manfaat 3E bagi AP II dan Bandara Soekarno-Hatta yakni expansion the traffic, expertise sharing, dan equity partnership,” jelas Awaluddin.
Dampak positifnya, kata Awaluddin, Bandara Soekarno-Hatta sebagai bandara terbesar dan tersibuk di Indonesia dapat menjaga dan meningkatkan kontribusi sektor angkutan udara. Khususnya terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Awaluddin menjelaskan, pembangunan Cargo Village Bandara Soekarno-Hatta bertujuan untuk mengakomodasi dan mengantisipasi tumbuhnya pasar angkutan kargo udara di Indonesia. Terlebih saat ini sudah dipengaruhi pesatnya pertumbuhan e-commerce.
Pengembangan tersebut akan dilakukan di atas lahan 90 hektare atau tiga kali lipat dibandingkan dengan Terminal Kargo eksisting saat ini. Awaluddin menuturkan, kapasitas Cargo Village nantinya dapat menangani 1,5 juta sampai 2,2 juta ton kargo pertahun.
Sementara itu, Awaluddin mengatakan saat ini terminal kargo eksisting hanya berkapasitas sekitar 700 ribu ton pertahun. Digitalisasi juga akan diterapkan di setiap lini Cargo Village guna mempermudah dan mempercepat berbagai proses.
“Keberadaan Cargo Village akan membuat Bandara Soekarno-Hatta menjadi bandara yang memiliki terminal kargo terbesar di Indonesia,” tutur Awaluddin.
Saat ini, Bandara Soekarno-Hatta memiliki terminal penumpang terbesar di Indonesia yakni Terminal 3 dengan kapasitas 25 juta penumpang per tahun. Bandara Soekarno-Hatta kini berada di peringkat ke-34 dalam World’s Top 100 Airport 2021 yang dirilis oleh Skytrax.