Ahad 14 Nov 2021 02:15 WIB

Peneliti Sejarah Ungkap Konsep Tuhan Bagi Bani Israil

Keyakinan Bani Israil terhadap Tuhan tak lepas dari polemik.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Muhammad Hafil
Peneliti Sejarah Ungkap Konsep Tuhan Bagi Bani Israil. Foto ilustrasi: langit
Foto: Sciencealert
Peneliti Sejarah Ungkap Konsep Tuhan Bagi Bani Israil. Foto ilustrasi: langit

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Kaum Bani Israil dalam perjalanan keyakinannya terhadap Tuhan tak lepas dari polemik sejarah yang menyertainya. Dan konsep ketuhanan yang dianut oleh kalangan ini banyak diteliti oleh sejumlah peneliti sejarah dan naskah-naskah kuno.

Abul Yazid Abu Zaid Al-Ajami dalam buku Akidah Islam Menurut Empat Madzhab menjabarkan mengenai pernyataan seorang peneliti bernama Samuel bin Yahya Al-Maghribi. Samuel menyebut bahwa konsep Tuhan kaum Bani Israil merupakan konsep yang chauvinis (fanatik kebangsaan) dan rasialis.

Baca Juga

Konsepnya tidak berbeda dengan dewa-dewa chauvinis yang ada saat itu di berbagai belahan bumi. Seperti Dewa Ba’al dan Marduk yang ada di Babilonia, Asyur yang ada di Asiria, serta dewa-dewa Mesir kuno pada masa Firaun.

Sedangkan dalam Alquran disinggung pula tentang konsep ketuhanan yang dianut oleh kaum Yahudi. Yakni di dalam Alquran Surah Al-Jumuah ayat 6-7, yang artinya, “Katakanlah: ‘Wahai orang-orang yang menganut agama Yahudi, jika kamu mendakwahkan bahwa sesungguhnya kamu sajalah kekasih Allah bukan manusia-manusia yang lain, maka harapkanlah kematianmu, jika kamu adalah orang-orang yang benar’. Mereka tiada akan mengharapkan kematian itu selama-lamanya disebabkan kejahatan yang telah mereka perbuat dengan tangan mereka sendiri. Dan Allah Maha Mengetahui akan orang-orang yang zalim,”.

Dijelaskan bahwa dalam ayat tersbeut diungkapkan mengenai konsep keyakinan kaum Yahudi. Yakni keyakinan sesat dan menyesatkan itu dimulai dengan mengabaikan petunjuk Illahi.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement