Senin 15 Nov 2021 13:21 WIB

Bakal Dilaporkan ke Polda Soal PCR, Luhut: Capek-Capekin Aja

Luhut menantang pihak manapun membuktikan dirinya ambil untung dari bisnis PCR.

Rep: Ali Mansur, Muhammad Nursyamsi, Novita Intan, Antara/ Red: Bayu Hermawan
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan
Foto:

Sementara, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) mengajak semua pihak melakukan langkah-langkah konstruktif untuk menghentikan berbagai polemik terkait bisnis tes Polymerase Chain Reaction (PCR). Adapun polemik berkepanjangan yang dipicu mahalnya harga tes PCR sangat meresahkan pengusaha dan masyarakat, karena diduga ada pihak tidak bertanggung jawab,  yang sengaja bermain di tengah pusaran bisnis tes PCR. 

Koordinator Wakil Ketua Kadin Bidang Peningkatan Kualitas Manusia, Ristek, dan Inovasi, Carmelita Hartoto mengajak semua pihak bersikap terbuka dan menggunakan data konkret untuk mengkaji  keberlangsungan bisnis tes  PCR sehingga masyarakat tidak terjebak dalam polemik  PCR. Saat ini, banyak beredar informasi yang bias dan distorsi komunikasi yang mengakibatkan terjadinya kesimpangsiuran pemberitaan media.

"Mari kita telaah bersama. Yuk,  kita taruh semua fakta dan kita amati bersama, sehingga kita bisa melihat topik ini dengan lebih komprehensif, lebih jernih sehingga mengurangi bias informasi dan distorsi di tengah publik," ujarnya, Jumat (12/11).

Menurutnya saat pengusaha secara bahu-membahu bersama pemerintah mengatasi pandemi, ada pihak yang secara sengaja memanfaatkan situasi. "Kita masih di tengah pandemi. Peperangan ini belum usai. Yes we won the last battle, but we still in the war. Jangan sampai polemik ini mengendurkan kewaspadaan kita, sehingga jika ada battle baru kita menjadi lengah dan kalah. Jangan. Kita harus terus waspada," tegasnya.

Carmelita mengatakan,  pemeriksaan PCR  adalah salah satu instrumen  dalam penanganan pandemi Covid-19, meskipun harganya mahal dan sebagian besar peralatan yang digunakan  diimpor.  Pada  April 2020, lanjutnya, uji specimen di Indonesia hanya sekitar  tujuh ribu per hari, dibandingkan  Malaysia yang  mencapai puluhan ribu per hari dan  Korea Selatan berkisar ratusan ribu specimen per hari. 

"Kita kedodoran waktu itu. Tentu,  kondisi ini membutuhkan kerja bersama, dan pemerintah mulai mendorong tes  di laboratorium swasta. Pada Juni 2020, akhirnya 147 rujukan seluruh Indonesia sudah bisa melakukan uji spesimen dan kita bisa melakukan hingga 15 ribu test per hari," ucap Carmelita.

Carmelita menyebut kerja sama pemerintah dan industri kesehatan akhirnya membuahkan hasil, dimana  pada pertengahan 2020,   PT Bio Farma (Persero) berhasil  memproduksi alat tes PCR. Bahkan, secara bersamaan banyak lokasi tes  PCR dan antigen juga dibuka di berbagai daerah. 

"Terus terang, tak semua laboratorium bisa melakukan pengujian. Tes harus dilakukan di laboratorium dengan standar Biosafety Level dua. Ini saya lho,  yang  bukan pengusaha di sektor kesehatan, jadi cukup objektiflah melihat. Saya melihat pemerintah, pelaku usaha baik swasta maupun BUMN bergerak cepat dan bersama-sama  mengatasi pandemi dan meningkatkan kapasitas pengetesan tanpa menurunkan kualitasnya," ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement