Rabu 17 Nov 2021 19:19 WIB

Kenaikan Kasus Sekecil Apa Pun yang Harus Tetap Diwaspadai

Kenaikan kasus Covid-19 salah satunya tercatat terjadi pada pasien Wisma Atlet.

Petugas melakukan panggilan video sebelum mengevakuasi pasien Covid-19 menuju RSDC Wisma Atlet Kemayoran. Indonesia mewaspadai kenaikan kasus Covid-19 sekecil apapun.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Petugas melakukan panggilan video sebelum mengevakuasi pasien Covid-19 menuju RSDC Wisma Atlet Kemayoran. Indonesia mewaspadai kenaikan kasus Covid-19 sekecil apapun.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Antara, Dessy Suciati Saputri

Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 menyatakan, sekecil apa pun angka kenaikan kasus di sejumlah daerah tetap mesti diwaspadai. Alasannya, kenaikan kasus berpotensi menjadi titik mula lonjakan kasus.

Baca Juga

"Ini menjadi perhatian kita bersama untuk melakukan tindakan-tindakan, upaya-upaya sesegera mungkin agar tidak terjadi pelonjakan," ujar Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Covid-19 Sonny Harry B Harmadi dalam diskusi yang diikuti secara virtual di Jakarta, Rabu (17/11).

Ia menjelaskan, alur penularan berawal dari satu orang yang positif Covid-19, menularkan ke orang lainnya, dan kemudian membentuk rantai penularan. Kenaikan ini, kata dia, dapat terlihat dari keterisian tempat tidur di Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran.

Pada 6 November jumlah pasien di Wisma Atlet terlaporkan 209 orang, tapi pada 13 November jumlahnya menjadi 273 orang. "Sebelum akhir tahun sudah terjadi kenaikan kasus. Walaupun masih dalam rentang kendali walaupun terjadi kenaikan kasus dalam jumlah kecil, sekecil apa pun kita betul-betul tetap berhati-hati dan berusaha melakukan upaya-upaya terbaik agar tidak kemudian berkembang," katanya.

Secara keseluruhan, menurutnya, kasus aktif maupun kasus konfirmasi harian memang sudah turun hingga 99 persen apabila dibandingkan dengan puncak gelombang kedua pada Juli lalu. Saat ini kasus Covid-19 harian pun telah di bawah 400 kasus per hari. Angka ini melampaui target yang telah ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO).

"Kalau rekomendasi WHO kita bisa mengendalikan Covid-19 apabila jumlah kasus tidak melampaui 10 orang per hari per satu juta penduduk. Nah, kalau 10 orang per satu juta penduduk kan kira-kira 2.700 orang," kata dia.

Untuk terus mempertahankan angka penularan yang kecil ini, Satgas Covid-19 dihadapkan pada tantangan utamanya saat Natal dan tahun baru. Mobilitas yang meningkat bakal beriringan dengan adanya kerumunan dan berujung pada peningkatan kasus.

Maka dari itu, ia meminta masyarakat yang melakukan mobilitas untuk tetap disiplin menggunakan masker dan menghindari kerumunan. Sebab, kunci untuk mengakhiri pandemi, yakni dengan taat prokes, termasuk vaksinasi.

"Ini belum masuk masa libur panjang ya atau belum masuk masa Natal dan tahun baru (sudah ada kenaikan). Jadi, kita sudah berupaya berhati-hati sebisa mungkin tugas dari Satgas Covid-19 daerah jangan sampai lengah," ujar Sonny.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) berulang kali menegaskan agar jajarannya fokus mengendalikan kenaikan kasus Covid-19 yang terjadi di sejumlah provinsi. Meskipun angka kenaikan kasus masih sedikit, kondisi tersebut harus dikendalikan sehingga tak menyebabkan terjadinya lonjakan yang tinggi.

“Lebih fokus lagi agar dilihat provinsi-provinsi, kabupaten, dan kota yang mengalami kenaikan. Meskipun sedikit agar diberikan perhatian,” ujar Jokowi saat membuka Sidang Kabinet Paripurna di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (17/11).

Ia menekankan, penurunan kasus harian dan kasus aktif harus menjadi fokus utama pemerintah. Saat ini, kasus aktif di Indonesia sudah berada di bawah 9.000, sedangkan penambahan kasus positif antara 300-400 per hari.

Jokowi mengingatkan, kenaikan kasus saat ini tengah terjadi di berbagai negara lain di dunia. Seperti di Amerika Serikat yang mengalami lonjakan kasus harian hingga 70 ribu, Inggris melonjak hingga 39 ribu, Rusia meningkat hingga 38 ribu, dan Jerman meningkat hingga 30 ribu kasus.

“Ini harus menjadi kewaspadaan kita agar kejadian ini tidak masuk ke negara kita,” ujar Jokowi.

Karena itu, Presiden menginstruksikan jajarannya untuk membantu pemerintah daerah mengendalikan kasus yang tengah mengalami kenaikan. “Provinsi-provinsi yang naik meskipun hanya sedikit betul-betul diberi peringatan dan diberi bantuan, back up agar kasusnya bisa turun kembali. Kabupaten dan kota juga sama dilihat secara detail karena kita datanya komplet semuanya agar juga diberikan bantuan agar kasusnya bisa menjadi lebih turun,” kata Jokowi.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement