Selasa 30 Nov 2021 13:13 WIB

China Pasang Sistem Mata-matai Gerak Jurnalis dan Mahasiswa

China dinilai sedang membangun sistem teknologi pengawasan tercanggih di dunia

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Personel keamanan menahan wartawan di pintu masuk ke Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Hubei di mana tim Organisasi Kesehatan Dunia melakukan kunjungan lapangan di Wuhan di provinsi Hubei China tengah pada Senin (1/2/2021). Pejabat keamanan di salah satu provinsi terbesar di China, Henan, telah memasang sistem pengawasan untuk melacak jurnalis dan mahasiswa internasional.
Foto:

Kontrak itu dikeluarkan untuk tender pada 29 Juli. Beberapa hari setelahnya wartawan asing dari BBC, LA Times, Agence France-Presse (AFP), dan lainnya melaporkan banjir yang menghancurkan di Henan. Kemudian media sosial China Weibo mensensor kabar itu dan satu akun Weibo meminta 1,6 juta pengikutnya untuk melaporkan keberadaan seorang jurnalis asing yang melaporkan tentang banjir.

Beberapa kelompok kebebasan pers mengatakan Partai Komunis China yang berkuasa telah memperketat pengawasan atas media sejak Presiden China Xi Jinping menjabat pada 2012. Pada Februari, Klub Koresponden Asing Cina (FCCC) mengatakan pemerintah menggunakan langkah-langkah pencegahan virus corona, intimidasi, dan pembatasan visa untuk membatasi pelaporan asing pada 2020.

Jurnalis Peliput Olimpiade di China Diminta Waspada

Reporters Without Borders (RSF) mendesak para jurnalis dan media untuk melindungi diri dari pengawasan rezim China ketika meliput Olimpiade Musim Dingin pada awal 2022 nanti. Beijing akan menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin ke-24 pada 4 hingga 20 Februari 2022.

RSF merekomendasikan jurnalis yang bepergian ke China untuk menghindari pengunduhan aplikasi yang memungkinkan pihak berwenang untuk memantau. RSF lebih merekomendasikan agar media, penerbit, dan jejaring sosial mengecam campur tangan editorial atau tekanan dari rezim dan melanjutkan penyelidikan terhadap serangan Beijing terhadap kebebasan pers.

"Olimpiade memberi Presiden Xi Jinping kesempatan mimpi untuk memulihkan citranya dan mencoba membuat orang melupakan catatan hak asasi manusianya yang sangat parah, termasuk kebebasan pers dan hak atas informasi," kata kepala Biro RSF Asia Timur, Cedric Alviani.

Menurut Alviani, sah bagi media untuk meliput acara internasional besar ini, tetapi harus waspada terhadap upaya manipulasi rezim. Perlu juga melindungi jurnalis dari pengawasan dan kemungkinan tekanan.

Terlebih lagi dilaporkan China menempati peringkat 177 dari 180 dalam Indeks Kebebasan Pers Dunia RSF 2021 atau hanya dua tempat di atas Korea Utara. China telah menjadi penjara terbesar dunia bagi jurnalis dengan setidaknya 127 orang ditahan.

Xi yang berkuasa sejak 2013 dinilai telah memulihkan budaya media yang layak di era Maois. Kondisi itu sesuai dengan kondisi yang memperlihatkan mengakses informasi secara bebas bukanlah hak, tetapi kejahatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement