Selasa 30 Nov 2021 18:37 WIB

Goyangnya Pasar Keuangan Usai Opini CEO Moderna Soal Omicron

CEO Moderna menyebut vaksin saat ini sepertinya kurang ampuh melawan varian Omicron.

Red: Andri Saubani
Ampul vaksin Moderna yang digunakan untuk vaksinasi massal Covid-19 dosis tiga di Graha Wana Bhakti Yasa, Yogyakarta, Selasa (30/11). CEO Moderna baru-baru ini menyatakan bahwa, vaksin yang tersedia saat ini sepertinya kurang ampuh melawan varian Omicron. (ilustrasi)
Foto:

Munculnya varian Omicron telah memicu alarm global. Sejumlah negara telah menerapkan larangan penerbangan dari beberapa negara Afrika, yang menjadi pusat penyebaran varian Omricon.

Ketakutan varian baru telah mendorong negara-negara di seluruh dunia untuk bergerak cepat memperketat kontrol perbatasan. Mereka mencegah terulangnya penguncian ketat tahun lalu dan penurunan ekonomi yang tajam.

Otoritas Hong Kong telah memperluas larangan masuk bagi non-warga negara dari beberapa negara seperti Angola, Ethiopia, Nigeria dan Zambia mulai 30 November. Selain itu, non-penduduk yang telah bepergian ke Austria, Australia, Belgia, Kanada, Republik Ceko, Denmark, Jerman, Israel dan Italia dalam 21 hari terakhir tidak akan diizinkan memasuki kota mulai 2 Desember.

Di Australia, lima pelancong dinyatakan positif Omicron. Mereka saat ini sedang menjalani karantina. Para pejabat menambahkan bahwa, mereka tidak menunjukkan gejala atau menunjukkan gejala yang sangat ringan.

Kementerian Kesehatan Singapura mengatakan, dua pelancong dari Johannesburg yang positif Omricon di Sydney telah transit melalui bandara Changi. Australia menunda pembukaan kembali perbatasan negara untuk pelajar internasional dan migran terampil.

 "Kami melakukan ini karena sangat berhati-hati, tetapi pandangan kami bahwa, (Omicron) adalah varian yang dapat dikelola," kata Menteri Kesehatan Federal Australia Greg Hunt.

Varian baru Omricon pertama kali dilaporkan pada 24 November dari Afrika Selatan. Kini, Omicron telah menyebar ke puluhan negara.

WHO telah mendesak negara-negara untuk menggunakan pendekatan berbasis risiko dalam  menyesuaikan langkah-langkah perjalanan internasional. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan, rakyat Afrika tidak dapat disalahkan atas munculnya varian baru dan rendahnya tingkat vaksinasi.

“Rakyat Afrika tidak dapat disalahkan atas rendahnya tingkat vaksinasi yang tersedia di Afrika, dan mereka tidak boleh dihukum karena mengidentifikasi dan berbagi informasi ilmu pengetahuan dan kesehatan yang penting dengan dunia,” kata Guterres.

 

photo
Dunia Khawatirkan Varian Omicron - (Infografis Republika.co.id)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement