Kamis 02 Dec 2021 00:01 WIB

Ini Cara Menkes Deteksi Cepat Covid-19 Varian Baru Omicron

Metode SGTF juga diterapkan di 1.800 laboratorium Kementerian Kesehatan.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Agus raharjo
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mendengarkan pandangan anggota DPR saat mengikuti Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi IX DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (24/11/2021). RDP tersebut membahas permasalahan data dalam rangka sinkronisasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) dan data peserta Penerima Bantuan luran (PBI).
Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mendengarkan pandangan anggota DPR saat mengikuti Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi IX DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (24/11/2021). RDP tersebut membahas permasalahan data dalam rangka sinkronisasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) dan data peserta Penerima Bantuan luran (PBI).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan berbagai upaya dilakukan agar bisa mendeteksi secara cepat varian baru Omicron. Salah satunya dengan melalui metode S-gene target failure (SGTF).

"Omicron ini salah satu mutasinya di S spike (mahkota virus) itu bisa diidentifikasi oleh PCR. Ada metode namanya SGTF. Sehingga kalau kita pakai reagen PCR, dia tidak terdeteksi atau istilahnya target failure, tapi gene yang lainnya positif, itu kemungkinan besar Omicron," kata Budi dalam diskusi daring, Rabu (1/12) sore.

Baca Juga

Saat ini, lanjut Budi sudah ada 12 laboratorium aktif tes PCR di setiap perbatasan negara, baik itu darat, laut maupun udara untuk mengecek sampel virus dari pelaku perjalanan yang terkonfirmasi positif Covid-19. Adapun, metode yang digunakan petugas laboratorium dalam meneliti pengurutan genom atau genom sekuensing dari varian Omicron difokuskan pada SGTF.

Metode ini juga diterapkan di 1.800 laboratorium Kementerian Kesehatan. Menkes pun telah berbicara secara daring dengan para petugas laboratorium termasuk, laboratorium kesehatan daerah. "Dan akhirnya, strategi testingnya kita perbaiki, kita perkaya dengan namanya metode SGTF ini," kata Budi.

Kepada para petugas, Budi juga mengarahkan agar pengurutan genom tidak dilakukan secara menyeluruh atau whole genome sequencing (WGS) karena bisa memperpanjang proses penyelesaian. "WGS itu nanti jadi panjang, ada 30 ribu basa atau virus gene yang kita harus urutkan. Kami ambilnya yang mahkota virusnya saja, itu bisa turun dari 30 ribu ke 3.000 atau 5.000 sekuens dari basanya sehingga kita bisa lebih cepat," ujarnya.

Untuk mempercepat proses penelitian genom sekuensing, tambah Budi, pihaknya juga menambah 11 unit mesin genom sekuensing untuk didistribusikan di laboratorium di luar Pulau Jawa. Saat ini 12 mesin hanya ada di Jawa dan Sulawesi Selatan.

"Saya akan kasih dua di Sumatra Utara, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Papua dan Maluku," katanya.

Dengan penambahan mesin tersebut, ia berharap bisa memangkas waktu penyelesaian pengurutan genom di Indonesia. "Kami pastikan bahwa genom sekuensing di 12 laboratorium ini kami percepat waktu prosesnya, yang tadi dua pekan, kami akan tekan ke lima hari, kalau bisa tiga hari," ujar Budi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement