REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (AS) (CDC) Rochelle Walensky mengatakan, varian Covid-19 baru, Omicron telah menyebar ke 50 negara, dan 19 negara bagian AS, Selasa (7/12) waktu setempat. Para ilmuwan dikatakan masih mendalami tingkat dari dampak varian baru yang pertama dilaporkan oleh Afrika Selatan itu.
"Sementara kami masih bekerja untuk memahami tingkat keparahan omicron serta bagaimana responsnya terhadap terapi dan vaksin, kami mengantisipasi bahwa semua tindakan yang sama setidaknya akan, sebagian, memberikan perlindungan terhadap omicron," kata Walensky seperti dikutip laman Anadolu Agency, Rabu (8/12).
Sementara itu Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular AS Anthony Fauci mengatakan para ahli kesehatan akan memiliki beberapa data tentang omicron pada pertengahan depan. "Kami akan dapat menentukan apakah antibodi yang diinduksi oleh semua vaksin kehilangan kemampuan efektivitasnya dengan omicron," kata Fauci.
"Selain itu, kami melakukan penelitian pada hewan untuk mengevaluasi perlindungan kekebalan serta kemanjuran antivirus," ujarnya menambahkan.
Fauci menunjuk ke grafik yang menunjukkan rata-rata bergulir tujuh hari dari kasus omicron yang dikonfirmasi per 1 juta orang di Afrika Selatan. Dia mencatat bahwa angka itu sekarang merupakan varian dominan yang beredar di negara tersebut. "Infleksi yang hampir vertikal ini jelas menunjukkan tingkat penularan yang tinggi," katanya dikutip laman CNBC, Rabu.
Ketua Satgas respons Covid-19 Gedung Putih Jeff Zients mengatakan, vaksinasi telah melonjak di AS. Sekitar 12,5 juta suntikan telah diberikan selama pekan lalu, 7 juta diantaranya merupakan dosisi ketiga atau booster.
"Itu jumlah total catatan pekanan tertinggi sejak Mei," katanya.
"Jadi kami sekarang memvaksinasi orang dalam jumlah yang belum pernah kami lihat sejak musim semi," ujarnya menambahkan.