REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Kuwait meyakini sangat penting bagi Afghanistan mendapatkan akses terhadap bantuan yang sangat dibutuhkan di saat krisis kemanusiaan yang memburuk. Hal itu diungkapkan Menteri Luar Negeri Kuwait Sheikh Ahmad Al-Nasser Al-Sabah saat memimpin delegasi Kuwait dalam pertemuan para negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) yang membahas tentang Afghanistan di Islamabad, Pakistan, Ahad (19/12).
Dilansir di Kuwait Times, Senin (20/12), Al-Sabah mengatakan, dunia Islam berada dalam pergolakan dari segudang tantangan. Krisis kemanusiaan yang paling disoroti saat ini berlangsung di Afghanistan.
Dalam pembicaraan tersebut, diplomat tinggi Kuwait mengatakan pertemuan itu sama saja dengan 'pesan dukungan' kepada Afghanistan. Sekitar 23 juta orang berdiri di jurang kelaparan, di samping lebih dari setengah juta lainnya mengungsi akibat krisis.
Dia mengulangi penolakan keras negaranya terhadap segala bentuk kekerasan dan terorisme. Dia mengatakan, masyarakat internasional tidak boleh membiarkan Afghanistan berubah menjadi sarang ekstremisme dan terorisme. Dia mengharapkan pembicaraan OKI ini harus menjadi langkah untuk mewujudkan aspirasi warga Afghanistan.
Al-Sabah menambahkan, Kuwait telah menyediakan bantuan senilai 92 juta dolar AS bagi Afghanistan. Menurutnya, negaranya akan terus bekerja keras dengan badan-badan bantuan global untuk memastikan Afghanistan pada akhirnya mendapatkan akses ke bantuan yang sangat dibutuhkan.
Negara-negara Islam bertemu di Pakistan pada Ahad (19/12) untuk sebuah pembicaraan luar biasa sebagai bagian dari upaya untuk mencegah situasi di negara tetangga Afghanistan menjadi lebih buruk. Afghanistan yang dipimpin oleh Taliban tengah menghadapi krisis kemanusiaan dan ekonomi.
Lebih dari 20 juta warga Afghanistan menghadapi kelaparan sejak Taliban menyerbu ibu kota Kabul pada pertengahan Agustus 2021. Runtuhnya sistem perbankan Afghanistan juga telah memperumit masalah pengiriman bantuan kemanusiaan yang sudah rumit.