Ahad 02 Jan 2022 10:00 WIB

Ribuan Orang Peringati Pembunuhan Soleimani dan Kutuk AS

Ribuan orang berunjuk rasa di ibu kota Irak.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Muhammad Hafil
Ribuan Orang Peringati Pembunuhan Soleimani dan Kutuk AS. Foto:  unjuk rasa di Irak
Foto: EPA-EFE/LYNN BO BO
Ribuan Orang Peringati Pembunuhan Soleimani dan Kutuk AS. Foto: unjuk rasa di Irak

REPUBLIKA.CO.ID,BAGHDAD -- Ribuan orang berunjuk rasa di ibu kota Irak, Baghdad untuk memperingati pembunuhan komandan tertinggi Garda Revolusi Iran Qassem Soleimani, dalam dalam serangan pesawat tak berawak oleh Amerika Serikat (AS). Para pengunjuk rasa memenuhi alun-alun Baghdad sambil meneriakkan "Matilah Amerika”. 

Aksi tersebut digelar oleh pendukung Hash pro-Iran, atau dikenal sebagai Pasukan Mobilisasi Populer (PMF), yaitu mantan aliansi paramiliter yang telah diintegrasikan ke dalam aparat keamanan negara Irak. Bendera AS dan Israel berserakan, dan diinjak-injak oleh para peserta aksi protes.

Baca Juga

Para pengunjuk rasa membuat spanduk dengan tulisan, “Terorisme AS harus diakhiri”, dan “Kami tidak akan membiarkan Anda tinggal setelah hari ini di tanah para syuhada." 

Dilansir Aljazirah, Ahad (2/1), para pengunjuk rasa mengulangi tuntutan mereka untuk penarikan penuh pasukan AS dan asing dari Irak. Ribuan pengunjuk rasa, anggota Pasukan Mobilisasi Populer Irak meneriakkan pertentangan terhadap AS. 

Para pengunjuk rasa menyalahkan pemerintah Irak karena dianggap bekerja sama dengan AS. Sejauh ini, belum ada kejelasan atau transparansi dalam penyelidikan Soleimani selama dua tahun terakhir. Pendukung faksi-faksi Syiah yang bersekutu dengan Iran dikerahkan dari berbagai provinsi Irak dan berpartisipasi dalam aksi protes di Jadriyah, dekat markas kelompok bersenjata yang kuat.

Tahun lalu, mantan Presiden AS Donald Trump memerintahkan serangan yang menewaskan Soleimani, dan Wakil Pemimpin Pasukan Mobilisasi Populer Irak Abu Mahdi al-Muhandis di dekat bandara Baghdad. Trump mengatakan pembunuhan itu terjadi sebagai tanggapan atas gelombang serangan terhadap kepentingan AS di Irak.

Pembunuhan Soleimani yang merupakan arsitek strategi militer Timur Tengah Iran, dan al-Muhandis mengirimkan gelombang kejutan ke seluruh wilayah. Pembunuhan tersebut memicu kekhawatiran konfrontasi militer langsung antara Washington dan Teheran.

Beberapa hari setelah pembunuhan Soleimani, parlemen Irak mengeluarkan resolusi tidak mengikat yang menyerukan pengusiran semua pasukan asing dari Irak. Sementara Iran memperingatkan akan membalas kematian Soleimani.

Lima hari setelah pembunuhan itu, Iran menembakkan rudal ke sebuah pangkalan udara di Irak yang menampung pasukan AS, dan rudal lainnya di dekat Erbil di utara. Sejak itu, lusinan roket dan bom pinggir jalan telah menargetkan situs keamanan, militer, dan diplomatik Barat di seluruh Irak.

Para pejabat Irak dan Barat menyalahkan faksi-faksi garis keras pro-Iran atas serangan-serangan itu. Pada Februari tahun lalu, AS melakukan serangan udara terhadap Kataeb Hezbollah, pasukan paramiliter Irak dukungan Iran yang ditempatkan di sepanjang perbatasan Irak-Suriah. Serangan ini merupakan balasan atas serangan roket ke kedutaan AS di Baghdad dan perusahaan kontraktor militer AS di utara ibu kota.

Pasukan Mobilisasi Populer Irak telah berulang kali menyerukan penarikan pasukan AS yang dikerahkan di Irak, sebagai bagian dari koalisi multinasional yang memerangi kelompok ISIS.

Pejabat senior Pasukan Mobilisasi Populer Irak, Faleh al-Fayyad mengatakan, pembunuhan Soleimani dan al-Muhandis adalah kejahatan terhadap kedaulatan Irak.

Pada bulan Desember, Irak mengumumkan akhir dari misi tempur dari koalisi pimpinan AS melawan ISIS.  Tetapi sekitar 2.500 tentara Amerika dan 1.000 pasukan koalisi akan tetap dikerahkan di Irak untuk memberikan pelatihan, saran dan bantuan kepada pasukan nasional.

“Kami tidak akan menerima apa pun selain penarikan penuh sebagai balas dendam atas darah para martir kami,” kata kepala koalisi yang berpihak pada Iran, Hadi al-Ameri. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement