Ahad 02 Jan 2022 15:34 WIB

Prancis Larang Kemasan Plastik untuk Buah dan Sayuran

Mulai 1 Januari 2022 Prancis larang penggunaan plastik untuk mengemas buah dan sayur

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
Mulai 1 Januari 2022 Prancis larang penggunaan plastik untuk mengemas buah dan sayur. Ilustrasi.
Foto: Piqsels
Mulai 1 Januari 2022 Prancis larang penggunaan plastik untuk mengemas buah dan sayur. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Prancis telah melarang penggunaan plastik untuk mengemas buah dan sayuran. Larangan itu mulai berlaku pada Sabtu (1/1) di bawah peraturan baru untuk menghapus plastik sekali pakai.

Di bawah aturan baru, daun bawang dan wortel, tomat, kentang, apel, pir, dan sekitar 30 barang lainnya tidak boleh dikemas menggunakan plastik. Mereka harus dibungkus dengan bahan yang dapat didaur ulang.

Baca Juga

Plastik tetap diizinkan untuk buah-buahan yang lebih rapuh seperti beri dan persik, tetapi izin ini akan dihapus secara bertahap. Selain buah dan sayuran, majalah dan publikasi lainnya harus dikirim tanpa pembungkus plastik. Sementara restoran cepat saji tidak lagi diizinkan menawarkan mainan plastik gratis kepada anak-anak.

Akhir tahun ini, pemerintah akan berupaya mengurangi penggunaan botol plastik dengan membuat kran air minum di ruang publik. Pemerintah mengatakan peraturan baru ini diharapkan dapat menghilangkan sekitar 1 miliar item sampah plastik per tahun. Seorang jurnalis dan penulis Prancis, Anne-Elisabeth Moutet, menyebut ada reaksi beragam terhadap aturan baru tersebut.

“Di satu sisi, orang Prancis sangat sadar untuk mengurangi penggunaan plastik. Ada dukungan luas untuk tidak menggunakan begitu banyak plastik. Namun pada saat yang sama, begitu Anda membeli sayuran sendiri, Anda menyadari bahwa tidak ada yang bisa menemukan cara baru untuk membungkus produk agar tidak membusuk terlalu cepat," ujar Elisabeth Moutet dilansir Aljazirah, Ahad (2/1).

Industri pengemasan Prancis kecewa dengan aturan baru tersebut, terutama larangan penggunaan plastik daur ulang. Kepala Asosiasi Interfel Sektor Buah dan Sayur, Laurent Grandin, mengatakan pemerintah tidak pernah membicarakan aturan itu sebelum diluncurkan. “Kami tidak pernah diajak untuk konsultasi,” ujar Grandin.

Grandin mengatakan larangan penggunaan plastik untuk sayur dan buah berdampak serius terhadap perusahaan kecil. Mereka harus tetap menggunakan plastik untuk melindungi ekspor, terutama ke Inggris sebagai klien utama apel Prancis.

Elipso, sebuah asosiasi yang mewakili produsen, menuturkan mereka memiliki perusahaan klien yang harus menghentikan aktivitas pengemasan buah dan sayuran, meskipun telah menggunakan lebih sedikit plastik atau plastik daur ulang selama beberapa tahun. Elipso dan Polyvia merupakan sebuah serikat dari 3.500 perusahaan yang membuat kemasan.

Elipso dan Polyvia telah mengajukan banding ke Dewan Negara Prancis yang memiliki yurisdiksi atas perselisihan administratif. Mereka menyebut hal ini sebagai distorsi pasar Eropa karena larangan tersebut hanya berlaku untuk Prancis.

Direktur Pasar Industri di perusahaan pengemasan DS Smith, Armand Chaigne, justru melihat ada sisi positif dari kebijakan larangan plastik tersebut utamanya bagi produsen kardus. Dia memperkirakan Eropa menghasilkan delapan juta ton plastik yang diproduksi per tahun untuk kemasan sekali pakai.

“Itu mewakili sekitar 70 miliar unit kemasan plastik sekali pakai atau sekitar tujuh miliar euro dari potensi omset tambahan untuk karton," ujar Chaigne.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement